Ya iyalah
Kalau kamu pejabat tinggi, lantas kamu bicara di forum-forum internasional, bertemu orang-orang di LN, pengusaha asing, pejabat asing, dll, maka bisa dipastikan 100% kamu mesti akan sangat dihormati, dipandang, dihargai.
Kenapa?
Wah, kamu kok logika sesederhana ini saja tidak paham.
Karena Indonesia itu punya 273 juta lebih penduduk. Indonesia itu adalah pasar yang empuk. Crazy, 273 juta itu, bukan main, pasar raksasa.
Maka, nggak mungkin mereka ngomong kasar ke kamu, apalagi kritik, dll, dsbgnya. Mereka mesti menyanjung, memuji, lantas kamu dikasihlah posisi-posisi, apesiasi, seolah istimewa.
Perhatikanlah, duhai orang-orang yang susaaah sekali paham soal ini. Impor misalnya. Orang-orang di LN itu berkepentingan sekali soal itu. Mereka itu bahkan garam saja dijual ke kita. Beras, jangan tanya. Daging, LPG, BBM, dsbgnya. Kalau kita dikasarin, terus mendadak nyari barang di tempat lain, apalagi produksi sendiri. Repot mereka, kehilangan 273 juta pasar.
Proyek. Contoh berikutnya. Mereka itu baik-baik banget ngasih investasi, ini, itu, karena memang Indonesia itu pasar raksasa. Mereka ingin ikutan garap pasarnya. China saja menelikung Jepang soal kereta cepat. Lantas kamu terpesona dengan senyum manis mereka, kamu ngasih karpet merah. Itulah memang yang mereka inginkan. Kemudahan, prioritas, wah, dan mereka jelas tahu trik buat nyenengin kamu, bahkan jalan dikasih nama kamu saja cukup. Dibikinin ini itu, biar kamu senang.
Jadi, ayolah, terbukalah matanya. Kita itu memang penting sekali bagi siapapun di luar sana. Karena 273 juta orang itu. Tidak ada gratisan di dunia kawan. Vaksin covid-19 saja, seolah peduli, seolah keadilan, dll, tetap saja dijual sebagian besar antar negara. Yes? Yang dibagikan gratis oleh negara-negara lain itu cuma sekian persen saja dari yg dijual, sebagian besar sih tetap bisnis.
Nah, sekarang yang menjadi pertanyaan: realitas di negeri sendiri seperti apa? Kita betulan semakin terpandang di mata mereka?
Data indeks persepsi korupsi dirilis. Wow, seluruh pemimpin-pemimpin dunia itu tahu persis betapa korupnya Indonesia. Tentu pas ketemu kamu, mereka tidak akan bahas itu. Ehem.
Pemimpin-pemimpin dunia itu juga tahu skor PISA (skor Pendididkan -red) kita jeblok di bawah sana. SDM pekerja kita rendah skill, produktivitas rendah. Mereka tahu, Indonesia salah-satu tempat pembajakan terbesar di dunia. Lagi-lagi, tentu mereka tidak akan bahas saat ketemu kamu.
Kita dipuji habis-habisan soal lingkungan hidup? Wah, itu manis di depan, my friend. Pemimpin-pemimpin dunia itu tahu persis hutan-hutan gundul di mana? Pencemaran. Kota dengan polusi tinggi. Wah, mereka jelas tidak akan bahas itu saat ketemu kamu. Apalagi saat mereka bawa proposal investasi perkebunan, tambang batubara, dkk. Ngapain? Mereka milih muji, untuk ehem, tolong kasih karpet merah, kami mau menghabisi ribuan hektar sebagai lahan tambang.
Mulailah lihat semua hal dengan data dan statistik. Kan kamu punya ekonom-ekonom the best toh? Jangan lagi lihat semua hal hanya dari perasaan, penilaian orang lain, mana ada kinerja diukur dari pendapat orang asing. Coba kamu lihat:
1. Angka pertumbuhan ekonomi, lihat, bandingkan dgn 10-20 tahun lalu. Begitu2 saja.
2. Angka pengangguran, lihat dong.
3. Angka kemiskinan, dan masih banyak lagi data2 ekonomi yg bisa kamu lihat. Kira2 10 tahun terakhir ada perubahan nggak? Segitu2 doang saja. Yang berubah meroket itu utang.
Lantas di sisi lain, lihat dong:
1. Indeks persepsi korupsi, biar kamu tahu seberapa korup Indonesia itu.
2. Skor PISA, dkk, biar kamu tahu seberapa baik pendidikan anak2 kita.
3. Juga data2 lain yg relevan dan dengan reputasi tinggi utk melihat kualitas bangsa ini.
Sungguh, yang kamu tidak tahu:
Saat pemimpin-pemimpin negeri luar itu bertemu sesama mereka, mengobrol, boleh jadi mereka membahas, 'Oh, Indonesia, korup sekali di sana, dari bawah sampai atas.' Yang lain menimpali, 'Oh, Indonesia, produktivitas pekerjanya sangat rendah, tapi di sana masih murah2 sih, jadi masih okelah." "Oh iya, pasarnya besar, 273 juta, invest di sana menarik, soal lain tutup mata saja kita, yang penting untung.' Dll, dsbgnya.
Well, lagian, buat apa sih penilaian dari luar, saat lihatlah, Menteri Sosial di negeri ini korupsi bansos. Bayangkan itu, bansos saja diembat. Negeri yg utangnya meroket, pandemi, bansos dimaling. Saya kadang bingung lihatnya. Di bagian mananya Indonesia itu masuk kategori terpandang secara internasional?
"Haha, menteri mereka korupsi bansos pandemi, right? Dan dia bicara tentang integritas tadi, Right? Well, well, sy sebagian tidak paham juga kalimat2nya tadi. Dia bicara apa tadi... Haha... Mereka ekspor asisten rumah tangga dan pekerja kasar jutaan...." Dan pemimpin2 dunia itu tertawa bersama.
(By Tere Liye, penulis novel 'Bedebah Di Ujung Tanduk')
*fb penulis