LEGITNYA BISNIS PCR
Oleh: Gus Sirot
Seluruh media sosial dan elektronik, dalam beberapa hari terakhir dibikin gaduh.
Soal bisnis PCR yang diduga menyeret pejabat publik.
Setahuku, bisnis ini benar benar legit, gak ada pahitnya.
Diawal pandemi, saya pernah opname 30 hari di RS karena status Covid.
Awalnya, dokter mendiagnosa DB. Tapi beberapa hari setelah di RS, suhu panas tubuh makin tinggi, sulit diturunkan. Sementara kondisi makin lemah.
Dokter curiga saya kena Corona.
"Saya curiga sampeyan kena corona," begitu kata dokter.
"Bapak segera tes PCR. Ada yang 2 hari (hasil tesnya) dengan harga 2.900.000, ada pula yang 3 jam dengan harga 7.400.000," imbuh dokter.
Sang dokter juga mengatakan butuh segera kepastian hasil tes karena kondisi saya sudah lemah. Akhirnya saya putuskan tes PCR dengan harga 7.400.000.
Tentu, harga segitu cukup berat. Apalagi saat itu saya harus membayar seluruh biaya rumah sakit (rumah sakit belum ada kerjasama dengan kementerian kesehatan).
Saya juga menjalani tes PCR 3 kali selama di RS. Untuk Tes yang ke 2 dan ke 3, total saya merogoh kocek 5.800.000.
Konon harga alat tes PCR 300 juta. Coba hitung berapa lama BEP (balik modal) nya?
Jika setiap hari ada 150 pasien tes PCR, @ 2 juta saja/ pasien, maka BEP bisnis PCR ini hanya dalam waktu sebulan.
Anda bisa bayangkan, dalam setahun alat yang hingga kini masih diragukan validitasnya tersebut, bisa meraup milyaran rupiah.
Itu baru satu alat.
Jika pak pejabat punya 1000 alat PCR....?
Wes...ra usah ikut ikutan ngitung bro..
Kasihan pejabat kita...Kan mereka layak mendapat imbalan kekayaan berlimpah ruah, karena mereka sangat sangat berjasa bikin rakyat makin sengsara..😀
(fb)