Ketika Cinta Berujung Penjara
Cinta itu suci. Cinta itu anugerah. Namun bila diperbudak cinta, bisa-bisa penjara resikonya.
Adalah drs, pemuda asal Bantul, Yogyakarta. Sejak mengenal seorang perempuan yang kemudian menjadi kekasihnya, ia harus berurusan dengan hukum.
Berawal dari layanan ojek online. Perempuan itu semula adalah costumer yang diantarkannya. Menjadikan cinta pada pandangan pertama.
Rasa cinta yang sangat itu mendorong sang pemuda ingin memberikan segala-galanya. Memenuhi kebutuhan, termasuk membelikan beberapa barang hadiah untuk kekasih hatinya.
Namun sayang, keinginan itu tidak sejalan dengan profesinya. Penghasilan menjadi driver ojek online dirasa tak cukup untuk memanjakan sang kekasih. Maka satu persatu, perabot yang ada di rumah orang tuanya diuangkan. Tentu saja tanpa sepengetahuan si empunya.
Di rumah itu, sang pemuda tinggal sendiri. Ibunya yang kini menjadi orang tua tunggal, harus bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Sang ibu tinggal bersama majikannya. Sementara sang ayah sudah meninggal beberapa waktu lalu.
Bucin alias budak cinta, sudah melanda sang pemuda. Tak lagi menggunakan logika. Ia jual barang-barang di rumah orang tuanya. TV, kulkas, kompor, kasur dan segala macam barang yang bisa jadi uang. Termasuk daun pintu dan jendela.
Konon, sang ibu sempat tahu aksi anaknya. Mencoba untuk memberi nasihat baik-baik. Namun, ternyata tidak kapok juga.
Aksi nekad sang pemuda sampai pada puncaknya, ketika tidak ada lagi yang bisa dijual, maka genting rumah menjadi korbannya. Begitu ada truk datang ke rumah itu, kemudian mencoba menurunkan genting, para tetangga menjadi curiga. Kemudian menyampaikan hal itu kepada sang ibu.
Sepertinya kesabaran sang ibu telah habis. Sehingga ia melaporkan perbuatan sang anak kepada aparat berwenang. Maka pemuda itupun diamankan.
Upaya mediasi tentu dilakukan. Namun sepertinya sang ibu sudah bulat untuk memberi pelajaran kepada sang anak melalui media hukum.
Peristiwa ini, membuka mata kita. Betapa cinta adalah energi luar biasa. Karenanya perlu disalurkan pada tempat yang tepat sekaligus cara yang benar.
Anak-anak juga perlu diberikan pemahaman, bahwa pada saatnya ia akan mengenal rasa cinta. Akan tetapi, perlu diimbangi dengan kemampuan bertanggung jawab. Sehingga cinta untuk cinta, bukan cinta yang berujung penjara.
Semoga menjadi pelajaran untuk kita semua.
Allahu-a'lam
Bantul 26/11/2021
(Setiya Jogja)