Pak Jokowi mungkin lupa, kalau kita "dipandang" Negara lain tapi di Kerdilkan di Negeri sendiri, berarti yang salah adalah Bapak Semdiri sebagai Pemimpin!
Pak Jokowi sebagai Presiden berarti ngga becus. (Maaf kalau saya terpaksa jujur).
Jadi begini. Penilaian yang paling jujur adalah berasal dari Negeri sendiri. Bukan pandangan kagum dari Negara lain.
Ibarat sebuah Rumah Tangga. Para Tetangga di samping kiri-kanan bisa saja kagum. Tapi kondisi Rumah Tangga yang sebenarnya pastinya adalah Suami-Istri dan anak-anak di dalam Rumah Tangga itu yang paling tahu.
Jadi kalau di Rumah Tangga tersebut si Pemimpin, sebut saja si Ayah dipandang Kagum sama Tetangga, tapi didalam rumah si Ayah dikerdilkan, berarti yang hebat adalah anak-anaknya yang tidak mau membuka borok si Ayah. Sebut saja borok si Ayah misalnya Tukang Ngutang, Planga-plongo, lebih suka memberikan uang jajan ke Anak Tetangga (TKA China) ketimbang ke Anak sendiri.
Lagipula "dipandang" Negara lain itu belum tentu artinya selalu positif. Karena Spanyol, Portugis dan Belanda dulu menjajah bangsa kita sekian abad setelah mereka "memandang" rempah-rempah kita.
Jadi kalau sekarang setiap Pak Jokowi hadir di KTT Antar Negara langsung dikerubutin, bisa saja Negara-negara yang mendekat "memandang" Sumber Daya Alam kita. Bukan karena melihat Pak Jokowi sebagai orang terpandang.
Sekali lagi, Penilaian paling jujur berasal dari rakyat sendiri. Karena rakyatlah yang merasakan bagaimana pahitnya kondisi ekonomi bangsa ini sekarang.
Rakyat jugalah yang merasakan dampak melemahnya nilai rupiah. Rakyat juga yang menanggung berbagai macam pajak dan cukai yang mencekik leher mereka.
Rakyat yang menahan perihnya gas air mata ketika berdemonstrasi menentang kebijakan yang menyulitkan mereka.
Tapi kalau misalnya Pak Jokowi merasa lebih "dipandang" di Negara lain, saya mendukung kok, kalau Pak Jokowi mau mencalonkan diri jadi Presiden di Negara Lain.
Kalau bisa secepatnya sih. Sebelum Hutang Luar Negeri Indonesia jadi tembus 10.000 triliun... 😁
(Azwar Siregar)