Tarmidzi Yusuf (Pegiat Dakwah dan Sosial)
Ini baru berita. Pasti heboh. Paling tidak perhatian publik sedikit tersedot oleh bola panas dugaan keterlibatan Luhut Binsar Panjaitan (LBP) dan Erick Thohir (ET) bisnis PCR, Polymerase Chain Reaction. Jokowi didesak publik untuk mencopot LBP dan ET. Beranikah?
Harus berani. Publik mengapresiasi keberanian Jokowi. Setidaknya kepercayaan terhadap Jokowi sedikit pulih. Kesan adanya wayang dan dalang pun akan sirna.
Jokowi perlu dukungan publik menghadapi ancaman krisis ekonomi dan politik yang sudah di depan mata. Caranya? Pulihkan kepercayaan publik terhadap Jokowi.
Selain pembenahan ekonomi yang sedang sekarat. Jokowi juga harus berani mengambil langkah politik strategis, yaitu copot LBP dan ET.
Pejabat publik sekaligus merangkap pengusaha. Pejabat yang dituding memanfaatkan jabatannya berbisnis PCR saat rakyat sedang menderita karena Covid-19.
Kenapa LBP harus direshuffle? Publik melihat perannya LBP over dosis. Hampir semua isu ekonomi dan politik berawal dari meja LBP. Mengalahkan RI 2, bahkan RI 1 pun kalah peran dengan LBP. Banyak pihak menuding LBP lah yang mengendalikan Presiden dan pemerintahan.
Rumor yang berkembang, menyebut LBP sebagai “Komandan Lapangan” (Danlap) kepentingan politik dan ekonomi RRC di Indonesia. LBP lah satu-satunya pejabat Indonesia sering pasang badan masuknya TKA China dan beberapa proyek strategis milik China.
Masalahnya beranikah Jokowi mereshuffle LBP atau malah Jokowi yang kena reshuffle oleh LBP? Loh LBP mereshuffle Jokowi. Bisa? Bukankah orang dibalik kesuksesan Jokowi menjadi DKI 1 bahkan RI 1 adalah LBP.
Pengaruh dan kelihaian LBP ‘mengatur’ skenario politik membuat Jokowi seperti hari ini. Jokowi dan LBP satu paket. Jokowi tidak akan jadi RI 1 kalau tidak ada peran LBP.
Kecuali terjadi tsunami ekonomi dan politik yang menyebabkan dua-duanya menjadi ‘korban’ dahsyatnya gelombang tsunami ekonomi dan politik.
Wallahua’lam bish-showab
Bandung, 3 Rabiul Akhir 1443/8 November 2021