[PORTAL-ISLAM.ID] Oleh: Tony Rosyid*
DI luar prediksi. Banyak pihak yang begitu yakin KSAL Yudo Margono yang akan jadi Panglima TNI. Pertama, karena sudah saatnya Panglima dari AL (Angkatan Laut). Sebelumnya dari AU (Angkatan Udara) dan dua kali berturut-turut dari AD (Angkatan Darat).
Tebakan itu meleset 100 persen. Bukan Yudo Margono yang diangkat, tapi Andika Perkasa. Empat kali Panglima TNI, tiga dari AD, sekali dari AU.
Kedua, kabarnya istana kurang dekat dengan Andika. Ada sejumlah hal yang membuat keduanya di mata rakyat tidak terlalu akrab.
Lalu, kenapa bisa terpilih? Lagi-lagi kabar yang beredar, ada keterlibatan Megawati dan Prabowo dalam penentuan Panglima TNI kali ini.
Dua ketua umum partai terbesar ini cukup kuat pengaruhnya. Ketika mereka bersatu, ini akan jadi kekuatan politik baru. Apakah ini artinya istana sudah mulai melemah dan bisa didikte oleh partai besar?
Sudah jadi hukum politik, jelang akhir periode, kekuatan seorang presiden biasanya akan melemah dan digantikan kekuatan baru yang sedang terkonsolidasikan.
Jika memang ada keterlibatan Megawati dan Prabowo dalam penentuan Panglima, ini bisa dipahami arahnya ke Pilpres 2024.
Pasangan Prabowo-Puan sepertinya sudah matang dipersiapkan untuk pilpres 2024. Bersamaan dengan nama Andika Perkasa terpilih jadi Panglima TNI, Puan Maharani melakukan deklarasi di Jawa Tengah. Adakah kaitannya?
Jawa Tengah kandangnya Ganjar Pranowo. Deklarasi Puan di Jawa Tengah menegaskan bahwa bukan Ganjar Pranowo yang akan diusung PDIP, tapi Puan Maharani.
Selama ini banyak pengamat menduga bahwa Ganjar Pranowo adalah sosok yang disiapkan istana untuk melenggang ke 2024. Tentu bukan dari PDIP, tapi dari partai lain. PDIP nampaknya sudah tertutup rapat untuk Ganjar.
Apa hubungannya dengan Andika Perkasa jadi Panglima TNI? Saat ini, militer sedang dapat ujian cukup berat. Tepatnya, godaan untuk masuk kembali ke dunia politik seperti saat Orde Baru.
Apakah TNI akan kembali berpolitik? Hal ini mesti menjadi perhatian publik.
Tahun 2022, ada 101 kepala daerah berakhir periodenya. Mereka akan digantikan oleh pejabat dari pemerintahan. Tidak mungkin semuanya akan terisi oleh sipil pangkat golongan eselon 1. Eselon 1 terbatas jumlahnya. Di sini, Polri dan TNI punya peluang.
Dengan terpilih menjadi Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa bisa mengirim para perwira TNI untuk mengisi jabatan sebagai PJ gubernur, bupati dan wali kota di berbagai daerah. Mereka inilah yang di 2024 nanti akan terlibat dalam penyelenggaraan Pilpres 2024.
Dipilihnya Andika bukan sekedar soal CV. Bukan yang penting pernah jadi Panglima TNI, meskipun hanya setahun (sampai Desember 2022). Bukan untuk semata-mata mengukir sejarah. Bukan! Terlalu naif kalau kita berpikir seperti itu. Ini diprediksi ada hubungannya dengan konstalasi politik 2024.
Andika Perkasa, posisinya sebagai Panglima TNI, juga bisa jadi calon alternatif 2024 jika ada masalah dengan Prabowo. Prabowo sakit, misalnya. Sosok Andika Perkasa tetap punya kans jika diberi kesempatan. Apalagi saat ini, nama Andika Perkasa juga cukup populer.
Terpilihnya Andika Perkasa sebagai Panglima TNI setidaknya telah memberi angin segar buat PDIP dan Prabowo untuk semakin mematangkan persiapannya di 2024.
Dalam politik, semua hal bisa terjadi. Jika di kemudian hari, nama Andika semakin populer dan masuk bursa survei, maka tidak menutup kemungkinan Andika akan maju sendiri sebagai capres, meskipun tanpa restu Prabowo. Andika-Puan misalnya.
Tidak menutup kemungkinan juga Anies akan mengambil Andika sebagai cawapresnya, jika ada persimpangan jalan antara Andika Perkasa dengan PDIP dan Prabowo. Atau mungkin lebih dari itu, ketika sampai terjadi gonjang-ganjing sebelum 2024. Peran Panglima TNI akan sangat sentral.
Setahun ke depan situasinya cukup krusial. Konstalasi politik bisa mendadak berubah seiring semakin memanasnya dinamika menuju ke Pilpres 2024.