Tahun 2016, nama Luhut pun tersangkut dalam laporan Panama Papers. Laporan mengenai perusahaannya dan terkait pajak. Saat itu Luhut membantah laporan Panama Papers dan menyatakan perusahaannya selalu setorkan pajak sejumlah $300 juta dari tahun 2010 - 2015.
Ribut sesaat, kasus Panama Papers yang seret namanya kembali hening dan Luhut makin berkibar dengan berbagai jabatan mentereng di pemerintahan serta perusahaannya terus melakukan ekspansi yang luar biasa.
Bahkan kabarnya sampai ke blok Wabu, dimana temuan terbaru Blok Wabu memiliki cadangan emas yang besarnya hampir sama dengan apa yang telah diambil Freeport. Emejing kan insting bisnis beliau...😉
5 tahun berlalu, kini nama beliau kembali terkait dalam laporan Pandora Papers. Lagi-lagi soal perusahaan beliau di luar negeri yang disinyalir menghindari pajak dengan memilih beroperasi di negara bebas pajak.
Bukan hanya nama Luhut, ketua umum Golkar pun namanya ikut tersebut dalam laporan Pandora Papers.
Laporan Pandora Papers ini ironis, menempatkan pejabat negara Indonesia yang menghindari pajak dalam pendirian perusahaannya. Ironisnya, sebagai pejabat negara mereka malah mempraktekkan penghindaran pajak.
Padahal, belum lama ini Luhut sendiri berkoar akan mengejar pengusaha2 yang mengemplang pajak alias tidak bayar pajak.
Siapa sangka justru dia namanya sendiri hadir sebagai pengusaha yang hindari pajak sesuai laporan Pandora Papers.
Cuma Luhut tetaplah si Maestro yang memiliki pengaruh luar biasa. Bagaimanapun laporan negatif tentang dia dan perusahaannya, dia tetap berdiri mengangkang sambil berkacak pinggang. Kekuasaannya bisa menghapus semua tuduhan dan membantah bahwa itu tidak benar.
Jubir Luhut sudah bicara dan mengakui bahwa perusahaan luar yang sempat dipimpin oleh Luhut itu benar ada. Namun kepemimpinan Luhut hanya bertahan 3 tahun. Sejak tahun 2007 - 2010. Tahun 2010, Luhut mengundurkan diri dan memilih berkonsentrasi pada perusahaan yang ada di Indonesia.
Alhasil keterangan jubir Luhut ini membantah laporan Pandora Papers. Karena periode 2010 sampai sekarang, Luhut tidak ada lagi dalam manajemen perusahaan tersebut dan ada yang rancu mengenai penjelasannya.
Sang Jubir gak menjelaskan apakah status Luhut masih menjadi pemegang saham perusahaan tersebut atau tidak. Karena jika masih pemegang saham, otomatis Luhut mendapatkan laporan keuangan perusahaan dan bisa jadi memperoleh Deviden atas kepemilikan sahamnya sampai saat ini.
Tapi kayaknya semua tudingan itu gak akan berpengaruh pada Luhut.
Yang paling nyaman adalah Airlangga Hartarto. Tersebut namanya di Pandora Papers, kayaknya membuat Airlangga menjadi tenang saat ada nama Luhut yang menemaninya. Biarkan Luhut yang menjelaskan melalui jubirnya, yang otomatis juga akan mengamankan namanya.
Kalau Luhut aman, maka airlangga pun akan aman. Begini enaknya kalau tersebut bersama Luhut sang penguasa. Ikut terlindungi nama Airlangga.
Ibarat kata, ada jawaban EGPWCC atas pemberitaan Pandora Papers.
Emang Gw Pikirin, Weeeeek. Cuih...Cuih!
(Setiawan Budi)