Catatan Naniek S Deyang:
Utang Luar Negeri kita saat ini Rp 6200 Triliun, dan pada akhir tahun menurut para pengamat bisa tembus 7000 an Triliun lebih. Katanya dulu kalau dikritik soal utang untuk membangun infrastruktur.
Namun saat ini yang terjadi seperti tol Cibitung yang membangunnya saja menghabiskan dana 10,80 T, tapi saat dijual lakunya hanya 2,4 T, artinya kita merugi 8 Triliun lebih, kalau benar demikian lha ini kan kayak orang bilang 'sudah jatuh ketimpa tangga'. Dibangun dari ngutang, dijual merugi...
Maafkan saya yang oon pelajaran matematika ini bila tidak bisa melihat bahwa menjual murah padahal investasinya gedhe itu menjadi jalan terbaik 😭😭
Kemudian di Palembang LRT yang dibiayai dari dana APBN (ingat dalam komposisi APBN ada utang LN) sebesar 484 miliar, ternyata setelah jadi malah merugi 9 miliar per bulan, itu sebelum pandemi lho di tahun 2019, mungkin saat pandemi ruginya makin membesar.
Kemudian investasi Bandara Kertajati sebesar 2,6 Triliun, sekarang malah gak difungsikan sebagai bandara tapi sebagai bengkel pesawat. Terus bayar utang utk bangun ini dari mana?
Sekarang pemerintah "ribut" lagi mau ngebut pembangunan proyek kereta cepat China Jakarta-Bandung. Investasi awal kereta api China itu sekitar 86 Triliun kemudian membengkak menjadi 114 Triliun. Dulu Pak Jokowi bilang gak boleh pakai APBN, kini mengatakan boleh memakai dana APBN utk meneruskan proyek tersebut.
Pertanyaannya sebetulnya seberapa penting kereta cepat itu untuk rakyat? Apakah efisien proyek kereta itu kalau investasinya sangat besar, kapan balik modalnya? Saya mendengar kereta cepat ini dibangun karena di jalur kereta ini mulai dibangun kawasan-kawasan perumahan real estate milik para konglomerat artinya kereta ini akan jadi fasilitas untuk perumahan-perumahgan yang dibangun para konglo, benarkah? entahlah...,
Kembali ke soal utang LN, kata Bu Sri gak masalah, selama rakyat membayar pajak. Jadi marilah kita serius dan patuh membayar pajak utk membantu negara membayar utang LN...😭😭😭😭😭
(fb)
