[PORTAL-ISLAM.ID] Kematian mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Colin Powell pada Senin, 18 Oktober 2021, telah digunakan sebagai provokasi terbaru oleh sebagian kalangan di negara itu untuk menentang program vaksin Covid-19.
Mereka menunjuk sebab kematian karena komplikasi Covid-19 padahal, menurut keterangan keluarganya, Powell telah mendapatkan suntikan dosis vaksin lengkap.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat cepat memberikan penjelasan. Pada kenyataannya, menurut CDC, kematian Powell pada usia 84 tahun justru menggarisbawahi pentingnya upaya vaksinasi untuk melawan Covid-19.
Di antara lebih dari 187 juta warga Amerika yang telah menerima dosis vaksin lengkap per 12 Oktober lalu, CDC mengungkapkan menerima laporan 7.178 kasus kematian karena kasus re-infeksi. Itu setara satu kematian dari setiap 26 ribu orang yang divaksinasi, dan menjadi bukti yang sangat kuat dari efektivitas vaksin dalam mengerem jumlah korban meninggal karena Covid-19 di Amerika Serikat yang sudah hampir mencapai 725 ribu orang.
“Tingkat kematian di antara warga yang sudah divaksinasi ini 11 kali lebih rendah daripada di antara warga yang belum pernah divaksin,” bunyi pernyataan CDC.
CDC menegaskan, kematian masih mungkin terjadi meski sudah divaksin, terutama jika seseorang sudah berusia 84 tahun dan memiliki penyakit komorbid.
Powell dilaporkan berjuang melawan penyakit Parkinson dan multiple myeloma, sebuah kanker yang melumpuhkan kemampuan tubuhnya untuk bisa memerangi infeksi.
“Dia termasuk yang malang, tapi dia memang berisiko sangat tinggi,” kata CDC lagi.
Bahkan di antara para warga senior atau lansia yang telah berusia 80-an tahun, yang cenderung memiliki komorbid lebih banyak sehingga membuat mereka sangat rentan, tingkat kematian mereka yang tidak divaksin enam kali lebih tinggi daripada mereka yang divaksin.
“Jadi, kematian Colin Powell yang mengundang duka mendalam di dunia internasional adalah pengecualian terhadap daya proteksi vaksin, bukan bukti vaksin tidak efektif,” tegas CDC.