[PORTAL-ISLAM.ID] Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menargetkan pemindahan laboratorium yang dimiliki Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman (PRBME) ke Gedung Genomik BRIN di Cibinong akan selesai pada Desember 2021.
“Saat ini memang gedung belum siap ditempati karena listrik belum masuk. Tetapi pemindahan laboratorium sudah akan dimulai sampai dengan Desember 2021 secara bertahap. Konsep seluruh laboratorium yang baru dibangun di BRIN adalah open space berbasis klaster fungsi, dan dikelola secara terpusat dan tersedia sebagai open platform untuk semua pihak termasuk industri. Sedangkan tempat kerja periset dalam bentuk co-working space,” jelas Handoko sebagaimana dikutip dari situs web BRIN.
Kepala Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Soebandrio, mengatakan bahwa proses kepindahan Eijkman ke Cibinong sudah berlangsung sejak September. Sayangnya, gedung yang akan ditempati, nampaknya tidak sesuai harapan. Beberapa keberatan disampaikan peneliti Eijkman.
“Setelah tim kami melihat gedung yang akan ditempati, ternyata tidak sesuai desainnya dengan peralatan. Masih harus disempurnakan, kemudian luasnya perlu ditambah,” ujar Amin kepada Tempo, Ahad, 17 Oktober 2021.
Dia mengungkapkan kekhawatirannya, mengingat bahwa alat-alat yang dimiliki Eijkman adalah alat-alat terbaik, bahkan ada yang hanya satu-satunya di Indonesia.
Terkait fasilitas listrik yang belum masuk, Amin juga mewanti-wanti soal pasokan listrik yang kontinyu. Menurutnya, pasokan listrik harus tersedia 7x24 jam tidak boleh padam.
“Karena alat kami sangat canggih dan mahal, kami tidak ingin rusak karena listrik mati,” ujarnya.
Di samping itu, Amin mengatakan bahwa Eijkman saat ini juga sedang melakukan penelitian dengan berbagai lembaga asing, serta terlibat dalam pembuatan vaksin Covid-19. Kegiatan penelitian tersebut membutuhkan keberadaan laboratorium secara terus-menerus tanpa jeda.
Faktor penting lainnya, menurut Amin, bahwa bagi Eijkman masalah security (keamanan) menjadi hal yang penting.
“Sedangkan di sana (Cibinong) alat dipakai bersama. Konsep itu yang perlu dibicarakan kembali,” ujarnya.
Oleh karena itu Amin berharap agar proses kepindahan Eijkman tidak dipaksakan dalam waktu singkat.
“Jika dilakukan segera, maka apa yang sudah dilakukan saat ini, sudah dibina sampai saat ini, dikhawatirkan terjadi kemunduran,” ujarnya.
Amin mengungkapkan harapannya dengan perpindahan terjadi kemajuan, bukannya kemunduran.
“Sejak 1992 dibuka kembali oleh Habibie, selama 28 tahun sedikit demi sedikit dibina, kami harapkan adanya dorongan untuk kemajuan. Selain itu sejarah dan nama Eijkman juga penting bagi peneliti, mengingat beliau sebagai peraih Nobel, meskipun bukan orang Indonesia, tapi itu diperolehnya saat di Indonesia,” ujar Amin.[Tempo]