Bangun, rusak, perbaiki, rusak, perbaiki
Berikut polanya:
1. Bidding lokasi PON dilakukan, daerah-daerah berebut pengin jadi tuan rumah
2. Anggaran dibuat, uang ngocor dari atas, trilyunan. Stadion-stadion megah dibangun, fasilitas-fasilitas olahraga dibangun.
3. Habis PON, sebagian besar mubazir, tidak terawat, ditumbuhi rumput, pohon-pohon
4. Ribut, viral
5. Pemda langsung anggarkan lagi, usulkan
6. Uang kembali ngocor deras, milyaran buat perbaikan.
7. Kemudian, rusak lagi, mubazir lagi, viral lagi
8. Pemda anggarkan lagi
9. Dan seterusnyaaa....
Enak memang, karena pakai uang rakyat semua. Separuh asalnya dari utang, separuh lagi dari pajak rakyat. Belum lagi, duuh, anggaran PON ini juga dikorup!
Kalau mau betulan dihitung, sedikit sekali infrastruktur habis PON itu yang bermanfaat. Setelah PON, pejabat setempat gelagapan itu mau dijadikan apa, agar terus dipakai. Kebanyakan cuma jadi gedung hantu. Coba hitung, dalam 365 hari setahun, berapa hari itu bangunan dipakai?
Tapi nanti kalau tidak begitu, gimana dong? Nanti daerah-daerah tidak punya infrastruktur? Well, silahkan saja daerah-daerah bangun itu stadion, gedung-gedung megah, tapi pastikan: 1. Jangan dikorupsi, 2. Jangan mubazir.
Kalau kamu semangat sekali awalnya lihat uang mengalir deras, anggaran melimpah, mbok ya nanti setelah jadi, tetap SEMANGAT! pikirkan itu bangunan buat apa. Bukan cuma di awal doang pas ada duitnya. Pikirkanlah stadion-stadion itu agar dirawat. Kerja keras agar stadion-stadion itu nanti digunakan. Bukan cuma duduk-duduk santai.
Karena kalau cuma mubzair, mending duitnya buat gaji guru honorer, beli buku-buku perpustakaan sekolah, bagi-bagi susu ke seluruh murid sekolah, biar mereka gizinya cukup.
Berhentilah bergaya sekali seolah kaya. Indonesia itu miskin. Utang sudah naik 4.000 trilyun sejak 2014. Mending fokus ke pendidikan dan kesehatan.
02/10/2021
(By Tere Liye)
*sumber: fb