Bukti Kegagalan Misi Buzzer Pemecah Belah Bangsa: Nussa Diserang, Nussa Makin Disayang!
Oleh: Agi Betha*
Masih ingat betapa ganasnya gerombolan buzzer kalap menyerang Nussa? Tanpa malu-malu, berbagai fitnah, tudingan keji, dan ejekan yang bertubi-tubi, diproduksi untuk menghantam bocah cilik usia 9 tahun itu.
Tapi ternyata kerja keroyokan kawanan hitam itu tidak ampuh memadamkan semangat Nussa untuk terus maju. Bocah yang salah satu kakinya disambung besi itu, malah kian kuat berlari kencang. Nussa pun terbang tinggi meninggalkan remeh-temeh makian komplotan manusia tua yang menjadi buzzer demi memakani keluarga. Mereka bermaksiat dengan cara menghujat, sebaliknya Sang Maha Pemilik Kebenaran melindungi korban dengan mengangkat derajat. Kerja hitam para pendengung, justru makin membuat Nussa melambung.
Nussa, Si Bocah Animasi Yang Dipersekusi
Sosok Nussa lahir ke dunia digital pada November 2018. Jadi meski digambarkan berumur 9 tahun, namun sesungguhnya umur serial animasi Nussa di platform media digital YouTube masih balita. Pembawaannya yang santun dan tutur katanya yang halus, membuat para orang tua jatuh cinta kepadanya.
Nussa yang soleh dan sayang kepada Ummi, Abba, dan adiknya Rarra, adalah model yang diidamkan para ayah dan ibu muda untuk menemani masa tumbuh kembang anak mereka.
Tapi sayang, cara berpakaian dua kakak beradik yang seperti santri, ternyata dipermasalahkan oleh Buzzer NKRI harga mati. Sebuah karakter khas para pendengung yang selalu kampanyekan keberagaman, tapi kenyataannya mereka benci perbedaan. Sebetulnya ada apa dengan pakaian Nussa dan Rarra di mata mereka? Apakah menghabiskan Dana Bansos?
Pada Senin, 21 Juni 2021, tukang dengung Eko Kunthadi mencuit: “Apakah ini foto anak Indonesia? Bukan. Pakaian lelaki sangat khas Taliban. Anak Afganistan. Tapi film Nusa Rara mau dipromosikan ke seluruh dunia. Agar dunia mengira, Indonesia adalah cabang khilafah. Atau bagian dari kekuasaan Taliban. Promosi yg merusak!”
Menyaksikan tuduhan sadis yang memicu suara pro dan kontra netizen itu, kontan Ernest Prakasa meretweet cuitan Eko dan menyindir telak. Komika, aktor, penulis skenario, sekaligus sutradara film-film laris itu menulis, “Belum kebagian jatah komisaris ya Mas? Semoga segera, amin!”
Sementara Angga Sasongko, sang produser dan sutradara Nussa The Movie yaitu film Nussa versi layar lebar, membalas tegas stigma atas pakaian Nussa – Rarra yang dituliskan Eko itu dengan menulis, “Ah bac*t. Bukti enggak ada, diajak nonton enggak berani datang. Tapi ya sudah, saya enggak mau menghambat penghasilan Anda dengan menggoreng-goreng isu identitas dan polarisasi. Monggo dilanjut sampai kapalan.”
Tak berhenti di situ, Angga pun masih melanjutkan twit-war itu dengan menuliskan kalimat yang lebih menohok, “Saya sabar kok. Enggak overestimate orang macam Eko. Lah wong film terakhir saya yang nonton di bioskop 2,3 juta orang. Bayar lho. Yang ngeRT Tweet Eko Kuntadhi paling mentok ribuan, setengahnya bot.”
Sebelumnya pada Sabtu 19 Juni, Eko juga telah mencuitkan kalimat untuk menggiring opini followernya. Ia mengunggah gambar poster Nussa dan Rara yang memakai gamis dan berhijab, lalu disandingkan dengan foto seorang anak berbaju gamis sedang ikut demonstrasi. “Representasi pakaian pria Nussa – Rara. Akan seperti ini gambaran anak Indonesia di mata dunia?” cuitnya.
Angga Sasongko pun membalas cuitan itu. “Ah elo ayam sayur, Eko. Diajak nonton dan diskusi langsung sama gue, enggak nongol hidung lo. Mengkonfirmasi untuk tidak datang. Ayam sayur kayak lo cuma berani sembunyi di balik jempol. Enggak cukup punya nyali dan intelektualitas buat berdebat,” tulisnya.
Perseteruan juga terjadi antara Angga dengan pendengung lainnya, Denny Siregar. Pada narasi di akun Youtubenya, Denny menuduh Nussa sebagai film propaganda Felix Siauw dan mempromosikan HTI atau radikalisme. Tapi perang di jagad twitter baru dimulai ketika Denny menuding mahasiswa yang mengkritik Presiden Joko Widodo tidak bersikap jantan. “Untuk adek mahasiswa, usahakan kalau mau mengkritik atau menghina Presiden sekalipun, pake nama sendiri bukan bersembunyi di balik nama institusi. Jantan dong. Masih remaja kok udah bencong,” tulis Denny di Twitter pribadinya @Dennysiregar7.
Kontan Angga terusik oleh diksi ‘jantan’ dan ‘bencong’ yang digunakan Denny. Menurutnya bencong dan mahasiswa lebih jantan dari Denny yang menolak undangannya untuk menonton dan berdiskusi tentang konten film Nussa. “Gak usah bahas soal jantan. Lu ngebac*tin dan fitnah film gue tanpa bukti dan belum nonton, eh diundang dateng buat nonton dan diskusi, kagak berani juga. Bersembunyi di balik jempol. Bencong dan mahasiswa itu jauh lebih berani dari ayam sayur kayak kamu,” ujar Angga.
Denny pun menjawab Angga dengan meledek, “Itu film Nussanya si Felix Siauw kapan tayangnya? Atau gak jadi?”
Sambil menebar emoticon tertawa girang, Angga menjawab bahwa Nussa akan segera tayang di Bucheon, Korea Selatan. “Nussa bentar lagi udah World Premiere di Bucheon dong. Ngerti kan apa itu ‘World Premiere‘? (emoticon tertawa) Ini film kamu yang cerita dan judulnya plagiat, kapan tayang, Den? Udah ga sakit hati kan gue tolak idenya waktu itu?” balas Angga sambil memperlihatkan 2 poster film. Satu poster berjudul Marley dan bergambar seorang lelaki dengan anjingnya, dan satunya lagi adalah poster asli film Marley & Me yang dibintangi Owen Wilson, Jennifer Aniston, dan anjing di keluarga mereka yang bernama Marley.
Nussa, Si Anak Ajaib yang Tumbuh Pesat
Serial animasi Nussa memang patut diacungi jempol. Baru 2 tahun tayang lewat platform Youtube, jumlah subscribernya pada Januari 2021 sudah mencapai 7 juta lebih. Di awal tahun 2021 itulah serial Nussa diumumkan stop produksi karena terimbas pandemi. Puluhan kreator dan animator yang menjadi pekerja seninya terpaksa dirumahkan. Pihak Visinema dan studio animasi The Little Giantz yang tadinya akan menayangkan film Nussa versi layar lebar pada tahun 2020, juga menunda jadwal mereka akibat adanya PSBB.
Meski demikian, dalam keadaan vakum itu, jumlah subscribers serial Nussa pada akun Nussa Official di Youtube malah melonjak 1 juta lebih, menjadi 8,3 juta. Yang menakjubkan, pada beberapa episode serial animasi anak itu mampu meraup penonton atau viewers berkali-kali lipat dari jumlah subscribersnya. Pada episode ‘Makan Jangan Asal Makan’ misalnya, mendapat 108 juta views, episode ‘Rarra Sakit’ ditonton 60 juta kali, ‘Episode Compilation Vol.6’ dilihat sebanyak 97 juta kali, ‘Song Compilation Vol.1’ meraih 92 juta pemirsa, dan ‘Jadi Suka Sayur’ memperoleh 49 juta views.
Jelas ini sebuah prestasi luar biasa hasil karya anak bangsa. Kesuksesan Nussa adalah keberhasilan Indonesia. Nussa yang baru lahir pada bulan November 2018 telah mampu bersaing dengan tayangan kartun anak internasional yg sudah belasan tahun bahkan puluhan tahun merajai film animasi anak dunia, seperti Sponge Bob atau Doraemon yang juga tayang di kanal resmi Youtube mereka. Selain di media sosial, serial Nussa juga pernah tayang di Net, Indosiar, Trans TV, MNCTV, dan televisi berbayar Astro Ceria di Malaysia.
Film Anak Yang Islami Hadir Kembali, Jutaan Penonton Menanti
Nussa memang fenomenal. Lelaki cilik disable yang jiwanya selalu dipenuhi semangat itu, mampu membuat penggemarnya sabar menahan rindu.
Sedianya Nussa The Movie baru akan tayang perdana di bioskop pada tanggal 14 Oktober 2021 nanti. Tapi sebelum itu Nussa akan diputar eksklusif lewat early special screening, atau dalam dunia perfilman layar lebar dikenal sebagai acara penayangan khusus, selama 2 hari. Tiket bioskop pada tanggal 25 dan 26 September 2021 itu kontan ludes diborong penonton. Akun IG Nussa mengumumkan tiket sudah habis. Tak lagi bersisa, jauh sebelum tanggal tayangnya.
Padahal jelas-jelas pada poster bertajuk ‘Nonton Duluan’ yang diunggah oleh Instagram @nussaofficial itu dituliskan sejumlah syarat prokes yang ketat. Di situ tercantum semua film Nussa diputar di lokasi bioskop yang menyatu dengan mal. Artinya hanya warga yang telah divaksin saja yang dapat masuk. Anak usia di bawah 12 tahun tidak dapat masuk mal karena belum divaksin. Tapi ternyata hal itu tak menyurutkan animo penggemar yang merindukan aksi Nussa.
Jadi siapakah penonton film Nussa, jika film itu bergenre anak-anak tapi hanya boleh ditonton oleh mereka yang berusia 12 tahun ke atas? Ternyata mereka yang antusias adalah para remaja dan orang dewasa. Unik memang, dan baru kali ini hal semacam itu terjadi pada sejarah film nasional. Film anak tapi tidak ditonton oleh anak. Ya, meski berkisah tentang Nussa kecil dan adiknya Rarra, tapi film animasi anak bertema islami itu pada kenyataannya juga digandrungi oleh segala usia. Tak ayal, pada tanggal 21 September atau 2 hari setelah pengumuman adanya jadwal penayangan khusus, tiket bioskop di Jakarta dan Surabaya sudah raib. Tak berselang lama, akun official Nussa berturut-turut mengumumkan bahwa tiket menonton di kota-kota lain juga sold out. Bioskop di 8 kota yang dipilih, yaitu Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor, Depok, Surabaya, Yogyakarta, dan Makassar diserbu penonton. Kejadian di kolom komentar IG Nussa pun tak kalah serunya. Ribuan fans Nussa yang terpencar di hampir semua kota seperti Cilegon, Purwokerto, Solo, Medan, Bengkulu, Padang, Lampung, Palembang, Palangkaraya, dan Samarinda saling bersahutan berkomentar dan menanyakan kapan Nussa hadir di bioskop kota mereka.
Kenapa Nussa Dicintai?
Kisah kakak beradik Nussa dan Rarra memang dahsyat pengaruhnya kepada anak-anak dan orang tua. Sekali saja orang dewasa menonton salah satu serial Nussa di Youtube, maka akan terbersit pikiran bahwa itulah tontonan yang layak buat anak atau cucu mereka. Cara penyampaiannya yang sederhana, kalimat-kalimat percakapan antar tokohnya yang lucu dan menggemaskan, menjadikan film Nussa terlihat simpel tapi nendang. Ide cerita yang disampaikan langsung melekat di dalam ingatan penontonnya.
Penulis baru pertama kali tahu tentang serial kartun Nussa tersebut sekitar 2 tahun lalu. Gegara mendengar anak yang mahasiswa dan adiknya yang pelajar SMA sering berceloteh tentang episode baru Nussa – Rarra. Mereka berdua lantas membahas tiap scenenya. Suara para dubber yang khas, karakter para tokoh yang sengaja dibuat tidak sempurna sehingga terkesan manusiawi, gambar animasi yang simpel tapi ciamik, dan pesan moral yang kuat, menjadikan Nussa sebagai animasi anak yang membumi.
Meski tidak pernah diceritakan secara gamblang, di media sosial beberapa netizen mengatakan bahwa salah satu penggagas awal kartun tersebut adalah Ustadz Felix Siauw, meski kemudian UFS tidak terlibat dalam penggarapannya. Ide itu didasari oleh keprihatinan sang ustadz atas minimnya tontonan anak yang bermutu. Jika betul Felix Siauw menjadi salah satu pencetus ide, maka hal itu masuk akal karena ia piawai dalam menulis buku-buku bertema adab pergaulan remaja dan buku sejarah Islam. Di toko buku besar, buku-buku Felix Siauw terpajang di rak best seller.
Karena penasaran kepada karakter Nussa – Rarra, saya pun jadi mengulik akun official serial Nussa – Rarra. Ingin mengetahui kekuatan kartun islami sederhana ini terletak di bagian apa. Saya amati, tiap episode animasi Nussa, selalu mengupas hanya satu angle. Menyampaikan perintah Allah pada satu ayat Al Qur’an saja atau sepenggal Sunnah Nabi Muhammad SAW saja.
Satu ayat terpilih yang menjadi tema pokok itu disampaikan oleh penulis skenario dan sutradaranya dengan bahasa anak-anak. Konflik dua kakak beradik Nussa dan Rarra digarap secara lucu dan spontan. Pelajaran budi pekerti terkemas dalam bahasa sehari-hari. Akibatnya pesan yang disampaikan menempel di dalam benak siapa pun yang menonton. Jika orang tua tadinya tidak tahu tentang adanya sunnah atau ayat tersebut, maka kemudian mereka pun jadi ikut paham.
Anak Indonesia Perlu Nussa dan Film Anak Bermutu Lainnya
Para orang tua terutama ibu-ibu muda, umumnya menganggap serial Nussa di Youtube dapat meringankan pekerjaan mendidik anak-anak mereka. Ini dapat terlihat dari komentar-komentar yang tertulis di akun Instagram resmi Nussa. Mereka tidak perlu lagi membeli buku tentang tuntunan adab islami untuk anak-anaknya, karena contoh-contoh penting adab yang baik sudah ada di kartun Nussa – Rarra. Menurut para orang tua, film Nussa adalah anti klimaks dari tema-tema sinetron di televisi yang mempertontonkan kekerasan, caci maki, fitnah, bullying, kemewahan dan menjual seks verbal.
Jika ada yg membenci dan memfitnah kartun ini, boleh jadi mereka adalah para kaki tangan cukong kapitalis. Mereka pantas merasa ngeri karena bisnis yang berbasis hedonisme, materialisme, dan seks bebas di masa depan akan terancam. Karena Nussa – Rarra menanamkan soal hidup sederhana sejak dini kepada anak-anak yang menjadi target segmentasinya. Mengajarkan tentang bagaimana cara bekerja keras, berdoa dengan hikmat, makan makanan halal, cara berinteraksi santun dengan sesama, menghormati pendapat yang berbeda, tidak boleh berlebihan dalam melakukan segala sesuatu, dan bersyukur atas nikmat Allah kepada umat-Nya.
Sebetulnya para orangtua muslim, dan rakyat Indonesia umumnya, akan kehilangan besar dengan berhenti produksinya serial Nussa. Adab Islam yg menentang korupsi, melarang hidup foya-foya, harus selalu sayang kepada orangtua dan hormat terhadap yang lebih tua, sikap mengasihi binatang, cara berpakaian sopan, tidak boleh berkata kasar kepada sesama dan sebagainya, semua diajarkan dengan bahasa anak-anak dan disampaikan oleh anak-anak di dalam kartun tersebut.
Indonesia dengan jumlah muslim sedikitnya 220 juta, mestinya bisa bergotong-royong mengongkosi produksi kartun Nussa – Rarra atau animasi lain sejenisnya, agar tidak kalah oleh pandemi atau keadaan lemah ekonomi lainnya.
Kartun Nussa adalah salah satu cara menyelamatkan adab anak-anak Indonesia, di tengah gerusan dahsyat tontonan sekuler yang merebak di mana-mana. (Selesai)
*Penulis adalah Wartawan Senior FNN.co.id
(Sumber: FNN)