Oleh: Fitriyan Zamzami
Bayangkan ada seorang anak manusia. Yatim sejak lahir, piatu tak lama kemudian. Lahir bukan dari trah bangsawan. Demikian rapuh dalam sistem kesukuan di mana silsilah begitu diagungkan.
Hampir tanpa daya sebegitu, setelah seumur hidup mengamati dari tepian yang jauh, tanpa kekuatan politik apapun, ia seketika diperintahkan mengubah secara radikal satu unit masyarakat yang begitu bobrok moral dan keadaan sosial-ekonominya.
Tentu ia dicap segala hal sama elite yang nyaman dalam status quo. Dibilang orang gila, tukang sihir, penyair, kemasukan jin. Dilempari kotoran dan batu, dipukuli.
Yang mendukungnya, tak heran, kaum marginal juga. Imigran yang tak punya perlindungan, orang-orang miskin, budak, kaum perempuan, dan sejumlah anak-anak muda kelas menengah yang idealis. Sedikit saja yang usianya di atas 35 tahun.
Aneka penindasan, bahkan sampai taraf pembunuhan dialami komunitas itu. Mereka kemudian mencari rumah baru dan akhirnya ketemu. Dari situ, revolusi tak terbendung lagi. Mereka membentuk satu kesatuan manusia jenis baru. Kesatuan yang tak dibatasi ras dan suku, kesatuan yang terbuka keanggotaannya dengan dua kalimat sederhana.
Komunitas tempat mereka yang paling lemah seharusnya dilindungi, dan yang paling kuat semestinya tak diistimewakan. Komunitas yang mensucikan harta mereka-mereka yang berada dengan memberikan sebagiannya ke yang paling membutuhkan. Komunitas yang lelaki dan perempuannya didorong terus mencari ilmu dan berlomba-lomba dalam kebaikan dengan ganjaran yang setara.
Berbekal ideal-ideal itu, sang pria sederhana di awal kisah ini meluaskan jangkauannya. Ia yang mulanya seorang yatim penggembala kambing, kemudian bocah suruhan pada ekspedisi dagang, penanggung jawab karavan, pedagang; memulai gerakan yang dalam waktu amat singkat meruntuhkan dua imperium paling agung di muka bumi saat itu.
Dalam waktu dua puluh tahun lebih sedikit saja, lebih singkat dari kediktatoran banyak pemimpin dunia, ia membawa sebuah masyarakat terpencil yang tak pernah diperhitungkan ke panggung utama dunia. Masyarakat yang sekian lama jadi ujung tombak kemajuan umat manusia.
Bahkan jika dirimu tak percaya bahwa Muhammad ibn Abdullah ibn Abdul Muttalib ibn Hasyim adalah seorang rasul utusan Tuhan, bisakah menyangkal betapa kisah nyata itu sebuah saga yang luar biasa?
Selamat merayakan Maulid Nabi! Semoga kedamaian selalu menyertaimu ya Rasulullah...
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ