Catataan: Agustinus Edy Kristianto
Rasanya perlu saya jawab mengapa saya tidak menulis 'sisi lain' Anies Baswedan, karena lumayan banyak yang bertanya.
Sederhana saja: Anies bukan kepala negara dan kepala pemerintahan, begitu juga Ganjar Pranowo (Jawa Tengah), Khofifah Indar Parawansa (Jawa Timur) dan para kepala daerah lainnya.
Mengapa juga saya tidak menulis banyak skandal DPR padahal konon di situ sarang korupsi? Karena DPR sifatnya kolektif dan tidak eksekutorial. Fungsinya pengawasan, budgeting, legislasi. Seharusnya, sebagai wakil rakyat, DPR juga melakukan seperti saya: mengawasi ketat pergerakan sesedikit apapun dari eksekutif yang berpotensi merugikan rakyat sebagai 'pemegang saham pengendali' negara ini.
Jadi fokus saya adalah pucuk eksekutorial berikut para pembantunya. Secara spesifik adalah kebijakannya, bukan orang per orangnya.
Mengapa banyak yang saya tulis ujungnya adalah Thohir Connection? Karena ia bagian dari pucuk eksekutorial, toh, saya banyak juga menulis selain skandal Thohir. Dan, ingat, fakta bisnis-politiknya membentuk pola tertentu yang berpotensi konflik kepentingan dan merugikan keuangan negara.
Lagipula jika tidak saya tulis di sini, mau diungkap di mana lagi? Tak banyak media yang menyoroti itu karena berbagai alasan: iklan, tekanan politik, hubungan bisnis, dan sebagainya.
Saya tidak mau masuk dalam polarisasi dukung-mendukung sosok. Ingin saya adalah literasi kebijakan publik. Supaya masyarakat mengetahui bagaimana negara dikelola dan ke mana larinya duit pajak yang dibayarkan.
Di atas semua itu, saya mau tekankan perlawanan terhadap kemunafikan. Mereka yang berlaku lain di media, lain di kenyataan, padahal mereka hidup dari uang dan fasilitas negara.
Kebusukan mesti diungkap, supaya ia tidak meracuni masa depan bangsa.
Salam.
(fb, 04/10/2021)