Aceh Negeri yang Indah, Aman, dan Baik
Oleh: Muhammad Adli Abdullah Bawarith*
Pernahkah kamu dibegal ketika jalan-jalan ke Aceh? pernahkah kamu melihat preman berdiri di jalan dan meminta uang kepada pelintas di Aceh? Pernahkah kamu bertemu dengan sekelompok pemuda mabuk dan mengobrak-abrik kendaraan umum di siang bolong di Aceh? Pernahkah kamu yang bermotor sendirian di tengah malam, yang jaraknya antara Kuala Simpang-Banda Aceh mencapai ratusan kilometer, kemudian kamu diculik di tengah jalan?
Pernahkah kamu melihat pengurus OKP di Aceh memerasa pengusaha, memeras pemilik rumah yang sedang menambah bangunan dapur, masuk ke pasar mengutip sumbangan wajib keamanan?
Pernahkah kamu melihat preman berkeliaran di terminal bus, di pasar, yang siap menodong siapa saja? Pernahkah kamu melihat atau mengalami diperas di tengah jalan di Aceh, di tengah keramaian, dan orang-orang tidak peduli?
Aceh negeri yang paling aman dari kejahatan masyarakat. Aceh negeri yang paling nyaman dikunjungi, bahkan oleh orang yang tidak tahu menahu tentang Aceh. Siapapun yang datang ke Aceh, akan diperlakukan seperti saudara sendiri.
Kalau tak mengerti Aceh, datanglah ke Aceh. Kalau kebetulan kau pernah di Aceh,atau kembalilah ke Aceh. Kalau kau pernah lahir di Aceh, dan kemudian tumbuh besar dengan nilai luar Aceh, pulanglah. Jangan melihat Aceh dari jauh. Jangan mengukur Aceh dari pikiranmu. Jangan mengajukan pertanyaan, yang kamunya sudah memiliki jawaban.
Tahukah kamu, orang Aceh bahkan sanggup memaafkan serdadu yang pernah memorak-morandakan mereka di masa lalu. Berapa ribu orang Aceh mati ketika konflik? berapa pelaku yang sudah dihukum? Mungkin pelakunya ada temalian darah dengan kalian. Mungkin kalian ikut dihidupkan dari uang yang dirampok dari Aceh.
Aceh bukan musuhmu. Aceh adalah sahabatmu. Aceh telah terlalu banyak memberi, tanpa pernah benar-benar serius meminta.
Perihal anjing Canon yang mati itu, apakah itu kesalahan Aceh? Tidak. Bilapun benar ditangani secara keliru, itu menjadi kekeliruan oknum. Dan satu lagi, menurut orang tempatan, di mana Canon yang kau sanjung dan bela bak seorang revolusioner itu, ternyata anjing galak yang kerap menganggu warga. Bahkan ada yang pernah digigit. Tindakan pemerintah sudah benar. Anjing galak tidak boleh berkeliaran.
Orang Aceh dan anjing tidak hidup berdampingan. Anjing binatang bernajis di dalam agama kami. Bila kamu muslim, berarti kita sama. Anjing binatang bernajis, dan tidak dianjurkan dipelihara, kecuali dalam kondisi tertentu.
Tidak pernah orang Aceh memburu anjing untuk dibasmi. Pernahkah kamu mendengar anjing-anjing di Aceh mengalami trauma massal akibat diburu untuk dibunuh dengan alasan apa pun? Tidak kan? Tapi satu hal yang mesti dipahami, sesuatu yang menjadi gangguan, harus diamankan.
Kawan, tenanglah, matinya seekor Canon mungkin menjadi tragedi bagimu. Kedukaanmu patut dihargai. Pertanda bahwa nilai kemanusiaan padamu masih ada. Tapi, lihatlah persoalan secara jernih. Untuk mengukur Aceh, jangan pakai sudut pandang kaummu. Kalau tolok ukurmu adalah nilai yang kamu anut, percayalah, tidak akan pernah bertemu.
Di tempat kami, memakai bikini, menunjukkan ketelanjangan di muka umum, di media sosial, merupakan hal yang dilarang. Bahkan bila pun dilakukan, percayalah, kami akan kena lecut. Di tempatmu mungkin itu sudah biasa. Meskipun orangtuamu muslim, tapi ketelanjangan yang kamu pertontonkan dianggap sebagai privasi. Mungkin orangtuamu menjunjung tinggi nilai-nilai yang jauh dari syariat. Itu pilihan masing-masing.
Demikian juga dalam beranjing, kita menganut nilai berbeda. Bila di tempatmu, anjing bahkan boleh dibawa ke tempat tidur, di tempat kami, hanya boleh sampai halaman. Bila di tempatmu anjing galak ditangkap dengan penuh kasih-sayang, sembari dirayu, diberi makan, atau bahkan diajak bercanda terlebih dahulu, kami tidak terlatih untuk itu. Satpol PP kami tidak punya kemampuan itu.
Main-mainlah ke Aceh. Bila perlu sampai malam kamu boleh keliling-keliling kota kami. Percayalah, kamu akan tetap pulang dengan kondisi sehat walafiat. Dan, kamu pasti akan bertemu dengan anjing-anjing yang berjalan santai di tepi jalan, tanpa harus takut akan ditangkap dan dijual untuk berbagai keperluan.
Percayalah, kamu akan jatuh cinta. Apalagi bila sempat menikmati kuliner halal yang kami sajikan. Mulai kuah pliek hingga sop tulang, semua diracik dari bahan yang halal.
Mari berindonesia dengan baik. mari lihat masalah secara jernih. Mari belajar lebih. Mari gunakan uang yang banyak itu untuk belajar lebih banyak tentang negeri ini. Indonesia yang indah, tidak sesempit layar smartphone mahal yang kamu miliki.
27/10/2021
*Penulis adalah Dosen di Universitas Syiah Kuala Aceh