Tugu Sepatu dan Monumen di Jakarta
Oleh: Winoto, Wartawan POSKOTA
TUGU Sepatu didirikan di jantung Ibu Kota Jakarta. Tepatnya di Stasiun Sudirman BNI.
Langsung saja, keberadaannya menjadi sorotan masyarakat. Terutama kalangan yang oposisi dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Tugu Sepatu tersebut dipajang oleh salah satu perusahaan BUMD milik Pemprov DKi, yakni Jakarta Experience Board (JXB), didukung Dinas Parekraf DKI Jakarta.
Tugu Sepatu hadir dalam rangka menyambut pameran UMKM yang difasilitasi oleh Dinas Parekraf.
Keberadaanya bukanlah permanen, tapi hanya memeriahkan rencana pameran UMKM di DKI yang digelar dengan gabungan daring.
Reaksi masyarakat yang begitu sinis ditandai corat-coret aksi vandalisme, memang disayangkan.
Hal demikian, kalau mengikuti suara-suara di media sosial, langsung dikaitkan dengan kinerja Gubernur Anies.
Tugu Sepatu dianggap sebagai hasil prestasi Anies, sehingga penilaian miring muncul, apresiasinya minim.
Padahal arah dan maksud dari pemajangan Tugu Sepatu kiranya bukan di situ, namun untuk mengangkat kepentingan UMKM.
Selayaknya, sebelum pemasangan lebih dikomunikasi dulu apa maksud dan tujuan pemajangan Tugu Sepatu.
Ada baiknya juga kritik-kritik terhadap Tugu Sepatu tersebut, yakni memacu Gubernur untuk menghasilkan karya besar.
Kritik keras sudah pernah datang ketika ada seni instalasi di Bundaran HI, kemudian Patung Sepeda.
Kritik-kritik tersebut adalah tuntutan untuk kinerja yang lebih baik, lebih bermanfaat untuk warga Ibu Kota.
Dalam kesempatan ini baik juga untuk mengingatkan, bangunan tugu, patung, atau monumen di Jakarta, saat ini berbeda bangunan-bangunan masa lalu.
Kalau tugu, monumen, atau pun patung yang dibuat di masa lalu, banyak yang terkait dengan kesejarahan bangsa ini di masa perjuangan, atau hal-hal penting lain.
Seperti Tugu Pancoran, Tugu HI, Patung Sudirman, dan lainnya, mengandung nilai perjuangan.
Adapun untuk masa kini, tentulah bukan ke arah belakang terus.
Saatnya membuat karya-karya brilyan, bermanfaat untuk rakyat, dan sebisa mungkin menghindari kontroversi.
Untuk mengindari kontroversi, langkah yang perlu dilakukan adalah mengkomunikasikan ide dan rencana pembuatan suatu tugu, patung ataupun monumen dengam masyarakat, sehingga bisa dipahami dan mengurangi penilaian miring.
(Sumber: PosKota)