[PORTAL-ISLAM.ID] Susaningtyas Kertopati menyambangi MUI. Kedatangan pengamat militer dan kepolisian ini guna melakukan tabayyun (memberi penjelasan) dengan pengurus MUI soal pernyataannya yang tersebar di publik.
Seperti diunggah Ketua MUI KH Cholil Nafis dalam akun instagramnya, Kamis (16/9), Susaningtyas datang ke MUI pada Rabu (15/9).
Susaningtyas sendiri ramai menjadi bahasan di publik karena isu soal ciri terorisme adalah penggunaan bahasa Arab dan tidak hafal nama menteri dan parpol.
"Dia kemarin siang datang ke MUI untuk memberi tabayyun berkenaan dengan berita viral yang menganggapnya bahasa Arab adalah ciri teroris. Ini tanpa janjian, tetapi langsung datang ke kantor MUI," beber KH Cholil.
"Saya posisinya menerima tabayyun dan memberi saran saja. Dan, sekarang menyampaikan ke publik. Kita perlu mengambil ibrah agar bijak menyampaikan sesuatu di publik, bijak bermedsos, dan terus menjadi manusia pembelajar," tutur Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah ini.
Sedang Susaningtyas Kertopati dalam kesempatan itu menyampaikan, sebagai umat Islam dia datang bertabayyun ke MUI dan menghadap ke Buya Amirsyah dan Kiai Cholil.
"Sempat viral bahwa saya dinyatakan menyatakan bahwa bahasa Arab itu bahasanya teroris, Islam kaitannya dengan radikalisme. Saya tidak pernah mengatakan bahasa Arab bahasanya teroris, bisa dilihat di webinar medcom saya mengatakan tidak semua lembaga pendidikan Islam merupakan ciri-ciri dari radikalisme dan terorisme," beber Susaningyas seperti di video IG Kiai Cholil.
Soal ucapannya bahwa hafalan parpol dan menteri, kata dia, itu hanya pengalamannya waktu kecil. Dia hanya berbagi.
"Sebagai umat Islam yang taat, tidak pernah ada niat membenci bahasa Arab dan Islam. Saya masih waras, saya menjunjung tinggi agama saya. Saya beribadah sesuai agama saya dengan sebaik-baiknya," urai dia.
Susaningtyas Kertopati atau akrab disapa Nuning merupakan anggota DPR dari PDIP periode 1999-2004. Dia lalu menjadi anggota DPR dari Hanura periode 2009-2014. Pada Pemilu 2019, dia maju sebagai caleg DPR dari Perindo.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, Pakar militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Kertopati mengungkap kalau saat ini banyak sekolah di Indonesia sudah berkiblat pada Taliban.
Menurutnya, hal ini bukan sekadar omong kosong belaka, sebab fakta ini sudah menjadi penelitian umum yang dilakukan oleh sejumlah universitas, termasuk UI.
“Mereka juga tak mau pasang foto presiden dan wapres. Lalu mereka tak mau menghafal menteri-menteri, tak mau menghafal parpol-parpol,” kata dia.
Dirinya melihat betul bagaimana efek Taliban sudah mulai merusak sekolah-sekolah di Indonesia.
“Bagaimana saya tak khawatir, anak muda kita sudah tak mau lagi hormat pada bendera RI, tak mau menyanyikan lagu Indonesia Raya. Lalu diperbanyak bahasa Arab,” ujarnya.
“Bukan berarti Arab itu memiliki konotasi teroris, namun kalau arahnya ke terorisme bahaya. Karena sebenarnya mereka juga ingin berkuasa, ingin punya kekuasaan, tapi mereka ingin berkuasa dengan cara mereka sendiri,” katanya.