Catatan Naniek S Deyang (Wartawan Senior):
Ini berita yg menyakitkan sebetulnya. Ironi perekonomian Indonesia yang selalu dikatakan "ekonomi kita tumbuh atau baik-baik saja" sejatinya hanya fatamorgana, bisa jadi hanya permainan angka demi sebuah citra.
RI Riwayatmu Kini: Dulu 'Raja' Gula, Sekarang Importir Terbesar di Dunia!
Entah apa yang akan tertulis dalam buku sejarah kelak. Indonesia yang pernah menjadi negara agraris yang bisa swasembada pangan, bahkan kita ekspor hasil agraria dan hasil laut, kini harus jadi negara importir, bahkan termasuk harus impor garam, singkong dan komoditas recehan lainnya.
Tak hanya itu, Indonesia yg punya musim panas yg panjang, sebetulnya menjadi surga utk menanam tebu. Itulah sebabnya Belanda mendirikan Pabrik Gula di berbagai wilayah! Namun semua menjadi aneh, saat Indonesia merdeka kemudian swasta mulai masuk di Industri gula, maka seperti ada kekuatan kartel, sehingga pabrik2 gula milik PTPN TIDAK PERNAH dilakukan pembaharuan mesin sejak di Zaman Belanda itu. Mesin-mesin tua milik Belanda terus dibiarkan menggiling tebu, dan kalau masih bergerak itu karena dirawat saja.
Sebaliknya swasta (baca Konglomerat) hadir dengan mesin-mesin modern. Otomatis hanya milik swasta saja yg survive. Sementara pabrik milik PTPN (BUMN) yg masih bisa menggiling bukan hanya mengalami penurunan kwalitas produksi, tapi mengalami penumpukan produk yg sudah diolah. Mengapa gula yg digiling BUMN rendah mutunya? Ya karena mesin2-nya sdh bobrok alias sdh tua (mesin dari jaman Belanda).
Dengan alasan gula hasil pabrik BUMN berkwalitas rendah dan tdk memenuhi standart SNI, maka para pemain gula besar (para cukong pedagang besar) tidak mau ikut lelang gula BUMN dan memilih kulakan atau membeli gula impor, akibatnya gula petani yg digiling pabrik menumpuk, dan harga sewa lahan petani pun jatuh. Petani pun akhirnya ogah utk menyewakan lahan ke kabrik gula (BUMN). Nah di sinilah sebetulnya yg menjadi cikal bakal pabrik gula PTPN/BUMN yg sdh copllapse menjadi mati!
JMP (LSM Jaringan Merah Putih yang dipimpin Nanik S Deyang -red) pernah melakukan uji coba dengan gerakan membeli gula BUMN dari tebu petani. Ribuan ton gula kami bawa ke Jakarta, lumayan berdampak, harga gula dari tebu petanj naik, para naga yg sdh mengimpor gula ganti tdk bisa menjual gula impornya. Tapi apalah daya JMP itu hanya yayasan sosial, tidak punya kekuatan atau dana utk terus membeli gula dari tebu petani, tapi paling tidak kita bisa buktikan bahwa petani tebu bisa ditolong bila ada kemauan. Dan itu kalau pemerintah yg melakukan sebetulnya tinggak menjentik jari saja. Stop impor gula, wajibkan penduduk konsumsi gula petani, bubarkan kartel gula, optimalkan persn Bulog utk memasarkan gula petani, maka pabrik gula BUMN akan hidup, dan petani tebu atau pemilik lahan akan bisa makmur seperti zaman Orba.
Lalu yg terjadi sekarang terjadi? Pabrik dibiarkan tdk pernah diremajakan, dan karena pabrik gula (BUMN) tidak punya lahan, maka satu per satu pabrik gula BUMN mati, bahkan tinggal dinding2nya saja, karena mesin-mesinnya sdh di kanibal. Yg ironis beberapa pabrik gula di sepanjang tol Jawa malah dijadikan rest area.😭😭.
Lalu mengapa pabrik gula swasta survive melawan membanjirnya gula impor? Ya karena mereka punya lahan, dan pabrik yg modern, serta mereka sekaligus juga menjadi importir gula rafinasi (gula setengah jadi) utk diolah mjd gula konsumsi.
Kartel gula ini tdk mudah dijelaskan! Tapi sebagai anak petani tebu yg punya lahan besar saya terus belajar, apalagi dulu saya sebagai wartawan bisa masuk ke sarang "penyamun" pada pemain kartel gula.Bahkan saya pernah menjadi eksekutif pada pelaku kartel, maka Insyallah saya paham lika-liku kartel pemain gula di Indonesia.
Satu hal yg saya mau cerita, saat Pak Dahlan Islan menjadi menteri BUMN (Zaman Presidennya SBY), dia sebetulnya ingin melawan kartel gula itu, makanya dia rajin berkunjung ke pabrik2 gula yg mulai sekarat, sambil menunggu usulannya agar pemerintah melakukan penyuntikan dana utk peremajaan mesin, Pak Dahlan mencoba sekuat tenaga agar pabrik-pabrik gula BUMN bisa survive, dan tdk jatuh ke swasta.
Namun mimpi Dahlan utk membuat BUMN gula berjaya seperti dulu lenyap tertelan bumi, setelah dia tdk menteri seiring turunnya pak SBY.
Kini sejarah mencatat hal baru, di era menterinya Erick Thohir 35 pabrik gula BUMN yg masih hidup tapi kembang kempis ini akan dikelola oleh Sugar Grup milik konglomeeat Gunawan Yusuf yg pabriknya ada di Lampung dan menguasai banyak lahan2 di Lampung. Gunawan Yusuf, mengambilalih pabrik gula tersbut dari Salim Grup, setelah Salim mengalami krisis di tahun 1988.
Sebagai rakyat saya sedih karena BUMN, yg seharusnya memegang kendali, tapi malah swasta sekarang yg mengendalikan perusahaan BUMN, dan yg paling ngilu adalah untuk mengelola ke 35 perusahaan BUMN gula itu, pemerintah harus menyuntik 20 Triliun.
Saya yg guoblok ini mikir, lha kenapa duit 20 triliun pemerintah suntikkan utk swata yg mengelola pabrik gula BUMN? Mengapa tdk langsung pemerintah suntikkan langsung 20 T itu ke pabrik2 gula milik PTPN (BUMN) sehingga mereka pabrik2 gula BUMN itu bisa membeli mesin baru, sehingga tdk perlu panrik-pabrik itu dikelola swasta?
Sebelumnya pada tahun 2017, pemerintah juga menyatukan 3 BUMN tambang menjadi holding dibawa kendali PT Inalum utk membeli saham Freeport. Anehnya yg 3 BUMN yg sdh go public dan menguntungkan disatukan dan dikendalikan oleh PT Inalum (BUMN baru setelah tadinya dimiliki Jepang)...sayang sy tdk berani nulis pemegang saham PT Inalum kecuali pemerintah. Namun yg jelas Dirutnya Budi Gunadi Sadikin, yg sekarang Menkes. Sy pernah menulis keanehan ini tapi saya dihajar habis dan dibully oleh pasukan buzzer.
Oh ya holding tambang itu dibentuk utk mengambilalih saham Freeport sampai 51 persen. Lalu bagaimana kabarnya sekarang? Entahlah yg jelas kalau benar holding itu sdh bisa menguasai 51 persen saham Freeport, tapi kok saya belum dengar setoran keuntungan berapa persen ke negara Indonesia dari ambilalih saham Freepot tersebut? ( sekali lagi maafkan saya, tdk bisa saya menulis gamblang hal yg sebenarnya, doakan saya tetap sehat hingga saatnya saya bisa menulis apa yg saya ketahui sehingga akan jadi sejarah ).
Tali -temali perekonomian Indonesia makin demikian ruwet kawan ... pengusaha menjadi menteri, atau menteri jadi pengusaha ...bisa jadi itulah awal keruwetan itu...Pos mana yg jadi menterinya bukan pengusaha? Atau kaki tangannya pengusaha/menteri pengusaha? Ada sih tapi ya sudahlah mari banyak berdoa utk bangsa ini. Terlalu pahit dan membahayakan utk ditulis atau diceritakan.
Singkat cerita, Indonesia ini sdh terlalu disesaki dng praktek kartel, monopoli , KKN dan kongloneratlah yg mengatur politik dan siapa yg jadi pejabat . Siapa bilang Pak Harto jatuh semua itu hilang? Yg ada malah menjadi-jadi, dan rakyat makin tenggelam dalam kemiskinan dan penderitaan.😭😭😭