Muhammadiyah "emoh" dicap "Wahabi"

Muhammadiyah "emoh" dicap "Wahabi"

Oleh: Fadlan Fahamsyah*

Akhir² ini banyak opini yang gaungkan oleh para penulis Muhammadiyah bahwa Muhammadiyah tak punya akar historis dengan dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab

Mungkin hal itu dikarenakan masifnya stigma buruk terhadap wahabisme oleh pihak media, baik dalam maupun luar negeri, hingga semua merasa jijik dan "emoh" disebut wahhabi, termasuk Muhammadiyah. 

Sebagian mereka berkata: "Kami tak punya akar sanad kepada Muhammad bin Abdul Wahhab, akan tetapi ide pembaharuan yang diusung Muhammadiyah itu diambil dari Rasyid Ridha, Muhammad Abduh, Al-Afghani, Ibnul Qoyyim dan Ibnu Taimiyah" dst.... 

Sebagai putra yang lahir dari keluarga besar persyarikatan ini, pernah menjadi aktivis IRM, pernah nyantri sekaligus menjadi mudarris di pondok pesantren Muhammadiyah terbesar di Jawa Timur dan termasuk terbesar di Indonesia. Saya ingin menyampaikan sudut pandang yang berbeda dari opini di atas.

1. Pertama: Munurut syaikh Nadjih Achjad, dalam bukunya "Pengaruh Wahabi di Indonesia" yang diterbitkan tahun 1981, beliau menyatakan:

وبعد رجوعه في المرة الأخيرة 1902 م وبعد ما أقام بجوار بيت الله الحرام مدة من الزمان. اتصل فيها بعلماء الدعوة (الوهابية) وعرف حقيقتها ومبادئها وسمع منهم ما حصل لها من القضاء على كثير من المفاسد وإعادة الناس إلى دينهم الصحيح وبعد مطالعته لكثير من آراء علماء الإصلاح أمثال الشيخ ابن تيمية وتلميذه الشيخ ابن قيم الحوزية، والشيخ محمد عبده وتلميذه محمد رشيد رضا وغيرهم اشتد عزمه على بث هذه الدعوة الإصلاحية وبدأ الحركة السلفية. 

"Sepulang KH. Ahmad Dahlan dari menunaikan ibadah haji yang terakhir tahun 1902, setelah tinggal beberapa lama di Kota Makkah di mana beliau mengadakan hubungan dengan tokoh-tokoh gerakan wahabi, setelah mengetahui hakikat dan prinsip²nya serta mendengar hasil yang dicapainya dalam membasmi kerusakan-kerusakan serta membawa manusia kembali ke agama mereka yang benar, setelah beliau banyak menelaah pendapat² tokoh reformasi seperti syaikh Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnu Qoyyim al-Jawziyyah, Muhammad Abduh dan muridnya Muhammad Rasyid Ridho dll. Setelah itu semua, bulatlah tekad beliau untuk menyebarkan gerakan pembaharuan ini dan memulai gerakan salafiyah." 

(Lihat:  Nadjih Achjad,  Ta'atsur ad-da'awaat al-islaahiyah fi Indunisiya bidakwatisy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab hal.  399 atau Nadjih Achjad,  Pengaruh Wahabi di indonesia,  (Bangil: Pustaka Abd. muis,  1981), hal. 10.)

Dari uraian di atas sangat jelas, akar historis antara Muhammadiyah dengan gerakan dakwah yang dicetuskan Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab.

2. Kedua, ungkapan bahwa ide pembaharuan Muhammadiyah itu terinspirasi dari Muhammad Rasyid Ridha, bukan dari Muhammad bin Abdul Wahhab, lalu berusaha menampik keterkaitan Muhammadiyah dengan gerakan dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab. Hal ini cukup aneh, Mengapa? Karena justru Sayyid Muhammad Rasyid Ridha sendiri terinspirasi dengan dakwah syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, dalam banyak kesempatan dan tulisannya beliau mengungkapkan kekaguman, dan pembelaannya terhadap gerakan dakwah salafiyah syaikh  Muhammad bin Abduk Wahhab. 

Syaikh Muhammad Rasyid Ridha berkata:

ولقد كان الشيخ محمد بن عبد الوهاب النجدي من هؤلاء العدول المجددين، قام يدعو إلى تجريد التوحيد، وإخلاص العبادة لله وحده، بما شرعه في كتابه وعلى لسان رسوله خاتم النبيين صلى الله عليه وسلم، وترك البدع والمعاصي، وإقامة شرائع الإسلام المتروكة، وتعظيم حرماته المنتهكة المنهوكة...".

"Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab termasuk para ulama mujaddid yang terpercaya, beliau mendakwahkan pembersihan tauhid dan pengikhlasan ibadah hanya untuk Allah saja, sesuai dengan yang disyaruatkan Allah melalui Al-Qur'an dan Sunnah,  meninggalkan bid'ah dan maksiat,  menegakkan syariat islam yang ditinggalkan serta mengangungkan kehormatan Allah yang terlanggar."


Pembelaan Muhammad Rasyid Ridha terhadap Muhammad Ibn Abd al-Wahhab dan pemikiran salafinya, dibuktikan dengan membuat makalah-makalah pembelaan yang berjudul “Muhammad Ibn Abd al-Wahhab”, "al-Wahhabiyun wa al-Hijaz”, “al-Hadiyyah al-Sunniyyah wa al-Tufhah al-Najdiyyah”. 

Dalam makalah-maklah tersebut Muhammad Rasyid Ridha menjelaskan dakwah Muhammad Ibn Abd al-Wahhab, dasar dan tujuannya, yaitu mengembalikan umat kepada ajaran Islam yang murni, yang belum ternodai dengan kotoran syirik, bid’ah, khurafat dan tahayyul, seperti Islam di zaman al-salaf al-salih. 

Atas Usahanya itu sampai-sampai Shaykh al-Azhar memujinya seraya berkata: “Semoga Allah membalas kebaikan bagi anda yang telah menghilangkan kesamaran seputar masalah wahabiyah” (Al-Amir Syakib Arsalan, Rasyid Ridha aw iikhaa Arba'in sanah (Damaskus,  Adwa as-Salaf,  1937), hal 366)

3. Ketiga, sebagai santri di pondok pesantren Muhammadiyah, tahun 1999-2002 saya sendiri diajari oleh guru² kami tentang kemuhammadiyahan. Di bab sejarah dan latar belakang berdirinya persyarikatan Muhammadiyah dengan jelas tertulis, bahwa pendiri Muhammadiyah terinspirasi dengan gerakan dakwah syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang kala itu berkembang secara masif di semenanjung Arab. Mungkin sekarang buku tersebut sudah direvisi dan fakta ini mulai ditutup-tutupi..Wallahu a'lam. Di pondok itu juga kami diajari kitab Tauhid karya syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab dan juga kitab Fathul Majid karya cucu
syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab.

4. Keempat: Memang benar, Muhammadiyah tidak mengambil secara utuh cara dan strategi dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab, namun menghilangkan akar sejarah terinspirasinya pendiri Muhammadiyah dengan gerakan tajdid wal ishlah syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan bahkan ikut menyerang, dan memojokkan dakwah syaikh... Maka ini bukan sikap yang BIJAK. Wallahu a'lam. 

Oh ya, jika sekedar menolak stigmatisasi buruk Wahhabi maka itu no problem, namun jika hal itu diiringi dengan memojokkan dakwah syaikh itu yang masalah.

*Penulis Santri Ponpes Karangasem Muhammadiyah Paciran tahun 1999-2002. Ketua bidang dakwah IRM 2000-2002 Ranting MA muhammadiyah 01 Paciran. Ketua Lajnah Tarbiyah wa ta'lim Organisasi Pelajar Ponpes Karangasem Muhamadiyah 2000-2002.
Baca juga :