Sebenarnya sih ngga masalah kalau sebagian dari kita sampai sekarang masih menertawakan Taliban. Mungkin saja di mata sebagian dari kita Kelompok Taliban adalah kumpulan orang Udik, Kuno, Radikal dan labelisasi merendahkan lainnya.
Hanya saja kalau sampai 10 tahun yang akan datang, Negara Afganistan jauh lebih makmur dan sejahtera dibandingkan Negara kita, maka rasa malu akan dicatat oleh sejarah.
Kita bukan Negara Agama. Tapi Negara Beragama !
Sayangnya kita kadang malah lebih sekuler dari Negara paling sekuler. Di Negara paling sekuler sekalipun, Tokoh Agama tidak akan ditangkap hanya gara-gara dianggap berbohong dengan ucapan "saya sehat".
Kita bukan Negara Agama. Tapi Negara Beragama!
Sayangnya kadang kita lebih atheis dari Negara Komunis. Di Negara Komunis sekalipun Pejabatnya malu kalau jadi tersangka Koruptor. Sebaliknya Pejabat kita disumpah dengan Kitab Suci masih juga tetap Korupsi. Ditangkap, malah "dadah...dadah".
Sialan!
Taliban menguasai Negara mereka sendiri, kita ribut.
Apa karena sebenarnya kita malu kepada mereka?
Kita mengaku Negara merdeka tapi sumber daya alam kita dikuasai dan dinikmati oleh asing dan aseng?
Taliban menegakkan hukum Islam di Negara mereka sendiri kenapa kita ribut?
Apa sebenarnya justru karena kita malu kepada mereka?
Kita Negara dengan penduduk muslim terbesar di Dunia tapi sebagian besar rakyatnya bahkan yang muslim pun ikut phobia dengan syariat Islam?
Pantas saja jauh dari Rahmat Tuhan.
Sekarang di saat Taliban berkuasa. Semakin banyak jamaah yang Sholat di Masjid. Sementara kita sudah 76 tahun merdeka malah yang semakin banyak adalah permintaan sumbangan pembangunan Masjid di Tengah Jalan!
Sudahlah. Mungkin saja budaya Afganistan memang tidak cocok dengan masyarakat kita. Tapi tidak perlu sampai membabi buta membully Taliban mereka. Apalagi sedikit-sedikit menjadikan Taliban sebagai Kambing Hitam dari kegagalan kita bernegara.
Saya kira sudah cukup puluhan Pegawai KPK yang sangat berintegritas jadi Korban permainan kebencian kata-kata "Taliban".
(Azwar Siregar)