Jerman yang Mbingungi
Oleh: Ferizal Ramli
Jerman bersiap memilih pemimpin baru dalam pemilu yang dijadwalkan akan berlangsung pada hari ini Minggu (26/9/2021) untuk menggantikan Kanselir Angela Merkel, yang akan mengundurkan diri. Selama hampir dua puluh tahun Merkel dinilai sebagai pilar stabilitas di Eropa.
Dulu Jerman amat ambisius betul mau jadi penguasa Eropa. 3 kali Jerman mencoba dan 3 kali gagal!
Pertama kali saat Holly Roman Empire Jerman yang gagal kuasai Eropa. Maksud hati mau menggantikan Romawi, apa daya dapat perlawanan keras sehingga tidak bisa kuasai Perancis, Inggris dan Spanyol.
Lalu masa Prusia Empire, juga gagal memalukan karena kalah Perang Dunia I.
Kemudian terakhir masa Nazi Hitler yang juga gagal memalukan dan memilukan dalam Perang Dunia II.
Jerman kapok ndak mau lagi ambisius merasa paling hebat dan ingin adi kuasa. Mulailah di Uni Eropa Jerman "low profile". Yang high profil itu Perancis dan Inggris.
Hanya, dalam persaingan segitiga Perancis, Inggris dan Jerman (yang pasang peran low profile) pemenangnya adalah Jerman.
Inggris ndak suka di UE tidak bisa memimpin, milih keluar. Perancis dulunya juga amat khawatir Jerman mendominasi, jadi minta Jerman tahu diri. Begitu juga negara Eropa lainnya yang masih trauma pada Jerman takut Jerman mendominasi. Jerman pun tahu diri selalu pasang peran "low profile".
Lutjunya, saat ini justru Perancis dan Eropa khawatirnya bukan karena Jerman akan mendominasi, tapi karena Jerman tidak mau mendominasi.
Jerman yang "low profile" dan Pemalu membuat Eropa kehilangan "Elan untuk Mendikte" dunia. Padahal karakter Eropa inginnya memimpin. Perancis jadi amat gregetan dengan Dominasi Cina serta Aliansi Anglo-Saxon (US, UK, Aussie dan Kanada). Eropa lainnya gregetan dengan perilaku Rusia.
Hanya Perancis ndak cukup kuat untuk memimpin Eropa. Negera Eropa lainnya butuh dipimpin oleh negara yang kuat. Negara yang kuat itu Jerman! Tapi Jerman gamang untuk mengambil alih pemimpin Eropa.
Lutju, dulu Jerman begitu ambisius mau dominasi Eropa sampai perang dunia 2 kali, dan dikroyok rame-rame. Sekarang malah Jerman yang enggan mendominasi Eropa, tapi malah di-ojok-ojok e atau didorong-dorong terutama oleh Perancis dan negara Eropa lainnya untuk memimpin dan mendominasi Eropa. Jermannya malah yang "enggan" untuk mengambil peran tsb.
Saat ini negara-negara Eropa menunggu betul hasil dari Pemilu hari ini.
Jika yang menang Partai SPD dengan Kandidat Kanselir Olaf Scholz maka platform SPD itu tidak suka ekspansi global, suka dengan solidaritas sosial. Ini membuat Jerman enggan ambil alih pemimpin Eropa. Padahal karakter Olah Scholz yang pengalaman punya kapabilitas lakukan itu.
Jika Union (CDU/CSU yang merupakan Partainya Merkel menang), maka Partai ini punya spirit sebagai Kapitalis Global. Hanya Kandidat Kanselirnya Armin Laschet dianggap orang yang peragu, bukan fighter dalam pertarungan global.
Jika Grüne atau Partai Hijau yang menang (hanya peluangnya kecil), maka Kandidatnya Annalena Baerbock masih dianggap "hijau" dalam kancah kepemimpinan global. Meskipun isu Climate Change dan isu-isu Partai Grüne adalah isu-isu global.
Jerman yang super kaya itu sedang gamang dengan perannya. Perancis dan Negara Eropa lainnya saat ini gregetan lihat Jerman yang gamang, tidak ada ambisi sama sekali untuk memimpin Eropa sehingga memenangkan 'race' terhadap rivalnya: USA (dibantu UK, Aussie dan Kanada) dan Cina.
Jadi, dulu Jerman yang sangat berambisi itu menyembabkan konflik di Eropa, sekarang Jerman yang tidak berambisi menyebabkan kebingungan buat negara-negara Eropa...🤣😂🤣
*dari tepian Lembah Sungai Rhien Ruhr