Kejadiannya hari ini (13/9/2021). Saat rombongan yang mulia lewat.
Mahasiswa ini, cuma berdiri di halte UNS.
Lantas bawa kertas bertuliskan: 'Pak, Tolong Benahi KPK!'
Lihat fotonya. Cuma begitu doang, loh. Pak! Dia tidak nulis Presiden, Yang Mulia. Dia cuma nulis 'Pak'. Dan itu bisa siapa saja tertujunya.
Duh, Gusti, itu cuma kertas. Dan isinya bagus sekali. Bahkan saat KPK sudah bersih dari taliban, radikal, itu tetap kalimat yang baik, dia minta tolong, agar KPK dibenahi. Biar tambah mantap, besok-besok bisa nangkep Harun Masiku.
Tapi seketika! SEKETIKA ada yang tidak terima lihat itu poster. Duh Gusti, padahal kamu cukup nanggapinya simpel loh: 'Iyo, nanti dibenahi.', 'Oh iyo, makasih.'
Anak itu cuma berdiri di halte, bawa kertas secuil tok! Kamu tdk perlu interogasi dia. Ups, polisi sih ngakunya cuma diajak 'ngobrol', kok dia tidak ijin menggelar aksi. Nasib. Malah yg salah anak ini, karena aksi tanpa ijin. Jangan bikin kerumunan. Nasib. Yang bikin kerumunan itu yang bagi2 hadiah dari mobil. Paham?
Sungguh, bersyukurlah jika anak-anak kita kritis dan peduli.
Berterima kasihlah jika generasi berikutnya aktif memberikan saran.
Bukan kamu malah senewen! Takuuut banget nanti diomelin bos gara-gara kenapa itu ada poster di sana.
Baiklah. Kamu sepertinya mau semua orang berdiri menyambut, bersorak, bertepuk tangan, dan semua berseru-seru menyanjung, memuji? Begitu? Waduh, kamu teh lupa, ini negeri demokrasi, bukan kerajaan.
Dan salah-satu kaki dari demokrasi adalah kebebasan bicara. Beda pendapat welcome. Dan anak ini sopan sekali, tulisannya sopan sekali. Hanya orang-orang yg tidak bisa baca saja yang merasa tulisan itu kasar. Dan orang-orang ini memang rendah literasi minta ampun!
'Pak, tolong benahi KPK!' Langsung deh, merasa, tersindir, baper.
(By Tere Liye)
*sumber: fb