[PORTAL-ISLAM.ID] JAKARTA - Cibiran para pendengung di media sosial atau buzzer kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat berkunjung ke Vihara Dharma Jaya Toasebio, Jakarta Barat, Minggu lalu (5/9) dinilai salah persepsi.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendapat cibiran dari para buzzer seiring beredarnya foto dan video dirinya yang sedang memasang hio di Vihara Dharma Jaya Toasebio Jakarta Barat, Minggu (5/9).
Para buzzer itu mengecam Anies telah melakukan berbagai cara hingga menerabas aqidah dan syariat agama hanya untuk menarik simpati demi maju sebagai Capres pada Pilpres 2024.
Tapi di satu sisi cibiran dan kecaman terhadap Anies itu, kata tokoh Tionghoa Lieus Sungkharisma adalah salah persepsi dalam menyikapi kehadiran Anies di vihara tersebut.
“Bukan baru kali ini Anies datang ke vihara atau rumah ibadah agama lain. Sebelumnya dia juga pernah datang ke gereja dan pura. Dan Anies tidak datang untuk beribadah, tapi dalam kapasitasnya sebagai gubernur Jakarta yang penduduknya terdiri dari berbagai suku dan agama,” kata Lieus.
Anies datang ke vihara Dharma Jaya Toasebio dalam rangka memberi apresiasi atas upaya pengurus vihara membantu pemerintah DKI Jakarta melakukan vaksinasi Covid-19 kepada warga.
“Kedatangan Anies adalah untuk menyampaikan terima kasih kepada pihak pengurus vihara karena telah turut membantu menyukseskan kegiatan vaksinasi di ibukota hingga warga di Jakarta dapat mencapai herd immunity,” kata Lieus lagi.
Lagi pula, kata Lieus, sebagai gubernur lumrah jika Anies memberi penghormatan dengan membakar hio di vihara.
“Itu bukan sembahyang. Tapi bentuk penghormatan Anies pada Vihara Dharma Jaya Toasebio sebagai salah satu situs keagamaan yang bersejarah di Jakarta yang berdiri sejak tahun 1751 dan masih terawat dengan baik hingga saat ini,” ujar Lieus.
Lieus menegaskan, dalam ritual agama di vihara (klenteng), ada tiga unsur utama yang harus dipenuhi untuk bisa disebut sembahyang.
“Yakni pembakaran dupa, kertas emas, dan lilin. Ketiga ritual itu wajib dilakukan dalam sembahyang di vihara maupun klenteng,” kata Lieus.
Dan Anies, kata Lieus, tak melakukan ketiga hal itu. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut hanya membakar dan memasang dupa (hio) lalu memberi hormat.
“Jadi apa yang dilakukannya tak memenuhi syarat untuk disebut sebagai ritual sembahyang. Itu hanya bentuk penghormatan saja,” tegas Lieus. [RMOL]