Benahi Moral, Bukan Mural
Katanya politik itu seni berbagai kemungkinan (politics is art of possible). Jika demikian, seharusnya politisi memiliki sikap dan perilaku positif terhadap seni. Bukan justru memberangus karya seni.
Kita menjadi terkaget-kaget ketika ada kreasi seni bernama mural yang dipersoalkan. Sempat dicari-cari pembuatnya. Hendak diperkarakan. Hingga akhirnya diurungkan. Entah Mengapa? Begitu jika kita meminjam judul lagu Iwan Fals. Ya, entah mengapa potret demokrasi kita berubah menjadi buram seperti ini?
Politik menjadi begitu menyeramkan. Sangat menegangkan. Menebar ketakutan dan meneror kecemasan. Mengapa kita tak bisa bersikap relaks? Mengapa kita tak mau merespons santai sebuah karya seni?
Bukankah menjadi pemimpin harus siap dikritik? Bukankah menjadi pemimpin harus bertelinga tebal? Bukankah menjadi pemimpin harus anti baper?
Banyak hal di negeri ini yang lebih layak mendapat perhatian dibandingkan mengurusi mural. Utamanya soal moral. Kalau mau jujur, kita ini mengalami kemunduran moral.
Laju negeri ini tak tentu arah dan kian membahayakan. Berhentilah sejenak.
Jangan terus melaju, apalagi dengan mengurusi soal mural. Lebih baik benahi moral agar rakyat selamat.
Ahmad Syaikhu
(Presiden PKS)