[PORTAL-ISLAM.ID] Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKS Habib Fahmy Alaydroes menanggapi Badan Pembina Idiologi Pancasila (BPIP) yang membuat lomba penulisan artikel nasional dalam rangka menyambut hari santri nasional, bulan Oktober 2021 yang akan datang.
Menurut Fahmy ada yang aneh dalam tema lombanya sangat tendensius ‘menyerang’ sikap keberagamaan umat Islam.
“Temanya ada dua, yaitu; Hormat Bendera Menurut Hukum Islam dan Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam. Tema yang diangkat sangat mengada-ada dan sangat konyol serta tendensius,” kata Habib Fahmy, seperti dikutip dari laman Fraksi PKS, Sabtu (14/8/2021).
Di tengah suasana pandemi dan kemerosotan ekonomi yang parah, imbuhnya, kenapa BPIP membuat lomba yang sangat berpotensi membuat kegaduhan, bahkan cenderung memecah belah.
“Dengan tema tersebut, setidaknya BPIP mempertanyakan posisi Islam terhadap Bendera Negara dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Bahkan, dengan mengajukan kedua tema tersebut, BPIP menghadap-hadapkan agama Islam terhadap Negara! Alih-alih mendidik atau melakukan pembinaan, cara dan gaya BPIP ini absurd dan sangat mengganggu perasaan umat Islam,” kritik doktor lulusan UPI Bandung itu.
Ada nuansa, kata Habib Fahmy, di era Pemerintahan Jokowi ini sedang membangun suasana Islam Phobia, dengan diksi-diksi yang menyudutkan dan mengembangkan opini bahwa dalam ajaran Islam itu ada ajaran-ajaran radikalisme, intoleransi, dan tidak menghormati negara,” pungkasnya.
Sebelumnya, lanjutnya, ada TWK (Tes Wawasan Kebangsaan) yang digelar KPK, dan sesudah itu ada Survey Lingkungan Belajar yang dilakukan Kemendikbud-Ristek terhadap sekolah-sekolah.
“Sejak dahulu kala, pesantren-pesantren dan umat Islam di Indonesia sangat nasionalis, selalu berada di garis depan membela NKRI, dengan harta, darah dan nyawa. Resolusi jihad melawan penjajah adalah ajaran Islam, membela negara adalah ajaran Islam, dan sudah sangat sepakat menjunjung tinggi Pancasila, Bendera Negara, dan juga Lagu Indonesia Raya,” ujar mantan Ketua Umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia itu.
Bahkan, terang Habib Fahmy, semua tahu peran seorang ulama, yaitu Habib Ali Kwitang yang turut menyebarkan informasi kemerdekaan RI dan mengajak para ulama dan masyarakat di sekitar Jakarta untuk memasang dan mengibarkan Bendera Merah Putih.
“Kita juga tahu bahwa sejak dulu kala sampai sekarang tidak ada ulama dan umat Islam yang mempersoalkan lagu Indonesia Raya. Jangan pernah meragukan kalangan pesantren dna umat Islam dalam hal membela dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ! Sebaiknya BPIP fokus membina para pejabat yang korup dan merampok uang rakyat, atau mewaspadai ajaran dan kecenderungan sikap memuja ideologi liberalis atau komunis yang jelas-jelas bertentangan dan melawan Pancasila!” tutup aleg dari Dapil Jabar V itu.(*)