Taliban dan Bubur Diaduk
Tidak ada ceritanya Endonesa bakal bernasib seperti Suriah, Irak atau bahkan Afghanistan. Yakalau mau bicara kemungkinan, bisa saja terjadi. Tapi kecil kemungkinannya. Serius!
Untuk remuk, ajur mumur, seperti yang menimpa negara-negara tersebut ada prakondisi yang tidak kita punyai.
1. Negeri kita bukan “ladang perang”yang mempertemukan banyak kekuatan besar yang saling berebut pengaruh dari ekonomi hingga politik. Sebut saja kepentingan US, Rusia, dan belakangan China.
2. Perasaan sebagai bangsa pernah terjajah dalam waktu panjang memunculkan resistensi terhadap kekuatan asing yang hendak menjadikan negeri ini sebagai “ladang perang”. Itu yang akan menyelamatkan kita.
3. Memori perang antar suku/daerah sudah lama menguap. Begitu pecah perang dengan bangsa barat, para leluhur kita sudah melupakan pertikaian antar wilayah.
Singkatnya, tidak ada cukup "bahan bakar" untuk membuat negeri ini hancur dalam pertikaian.
Tetapi ada sekian catatan yang juga perlu disertakan untuk mengeliminir ketakutan tersebut.
1. Negara jangan punya kebiasaan buruk membiarkan benturan antar ideologi dan keyakinan. Kalau paham seperti HTI dan lainnya dilarang, organ negara yang harus menindaknya. Jangan menggunakan ormas seperti NU untuk menghadangnya.
2. Kalau ada sengketa pembangunan rumah ibadah, pemerintah harus tegas memutuskan: boleh atau tidak, lanjut atau berhenti, apa persyaratannya, mengapa dilarang. Ini termasuk pembangun masjid.
Jangan sampai muncul persepsi pembangunan terhenti karena dihalangi orang Islam. Ya kecuali persepsi itu mau dipertahankan: ormasnya kuat, pemerintahnya lemah.
3. Negara kita berdasar Ketuhanan. Secara filosofis kita negara yang religius, tempat hidup banyak keyakinan yang tercatat/diakui/tak dikenal. Namun agar semua bisa hidup rukun berdampingan, pemerintah “harus sekuler”. Itu syarat mutlak.
Nggak usah kebanyakan mengatakan “bla bla harga mati” tapi lemah di implementasi.
Soal Taliban menang ya itu sudah haknya, mengusir kekuatan asing. Bahwa nantinya akan ada pemberontakan, perang susulan, muncul Malala Malala muda yang tak gentar menghadapi peluru, begitulah cara dunia menyeimbangkan diri.
Tugas saya sih cuma sarapan bubur cepat cepat. Takut kalau keburu dingin, bukan keburu Taliban datang. Tapi kalau ada yang mau bertugas meden-medeni (menakut-nakuti/fear mongering) dengan narasi yang mengerikan seperti bubur diaduk ya silahkan saja.
Mat Dogol
Mengamati bubur dan tali ban
(Haryo Setyo Wibowo)