Saya geli membaca judul berita: Sahroni (Anggota DPR Fraksi Nasdem) Minta Polri Tumpas Pendukung Taliban di Indonesia.
Coba sesekali sebagai Anggota Dewan ngomongnya gini:
SAHRONI MINTA POLRI MENUMPAS KORUPTOR DI INDONESIA!
Tapi rasanya sangat sulit. Mungkin saja karena mayoritas para Koruptor justru banyak dari DPR/DPRD.
Bahkan Penyakit dan Budaya Korup juga menjangkiti Institusi Penegak Hukum kita.
Tapi bukan berarti saya menyepelekan kasus Teroris.
Sebagai orang beragama, saya percaya perbuatan teror tidak diperbolehkan di agama manapun.
Apalagi di Agama Islam yang saya anut.
(Lucunya, khususnya di Negeri ini, kasus terorisme selalu dikaitkan dengan Islam).
Hanya saja mengaitkan Taliban dengan Terorisme saya anggap adalah kebodohan yang terlalu terburu-buru.
Karena kalau Taliban benar-benar Organisasi Teroris, jangan lupa, Pak Jusuf Kalla pernah mengundang Tokoh-tokoh Taliban ke Indonesia dalam kapasitas beliau sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia.
Kalau narasi-narasi sesat yang sekarang didengang-dengungkan benar, berarti Negara kita pernah mengundang Teroris dong?
Gila kalian!
Setelah bertemu Pak JK, delapan perwakilan Taliban juga bertemu muka dan ngopi bareng dengan Pengurus NU.
Apa artinya Pengurus NU sekarang permisif dan menerima utusan Teroris?
Ngawur kan?
Saya lebih sepakat kalau menyebut Taliban adalah Kelompok Islam yang tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia.
Tapi bukan berarti Islam kita jauh lebih baik dibandingkan dengan Taliban. Atau sebaliknya pihak Taliban merasa lebih baik Islamnya dibandingkan Islam Indonesia.
Saya kira sama-sama baik. Karena budaya kita berbeda dengan budaya Afganistan. Budaya kita misalnya lebih permisif kepada kebebasan Perempuan. Sampai-sampai Perempuan juga dipaksa ikut mencari nafkah. Jadi PRT dan Buruh Kasar. Hal yang mungkin tidak akan kita temui disana.
Budaya kita juga lebih akomodatif dengan praktek Korupsi dan Kolusi. Makanya sudah 76 tahun Negara kita Merdeka, kasus Korupsi tidak pernah hilang.
Atau ada seseorang Presiden Petahana punya anak dan menantu jadi Walikota.
Jadi ayo berhenti menjadikan Pejuang Negara lain jadi Kambing Hitam atas kegagalan kita bernegara.
99% kerusakan negeri ini diakibatkan oleh prilaku Korup para Pejabat, tapi hanya 1% upaya dan perhatian kita untuk memberantas Korupsi.
Sebaliknya, hanya 1% kerusakan yang diakibatkan kelompok fanatik agama, tapi sepertinya 99% sumber daya dan perhatian kita tercurah ke masalah ini.
Coba dibalik, 99 persen kita fokus memberantas Korupsi. Saya yakin setahun-dua tahun Negara kita akan berpacu menjadi Negara Maju. Dengan sendirinya kasus terorisme akan menghilang. Karena tidak akan ada orang yang mau mati sia-sia sepanjang bisa menikmati hidup yang sejahtera.
(By Azwar Siregar)