DUA TRILIUN & PEMBENCI ISLAM
By Doni Riw
Persoalan penting dalam perkara 2T itu bukan benar atau hoaxnya sumbangan. Tetapi narasi benci Islam yang disebarkan para buzzer.
Bagi para buzzer, peristiwa apapun akan mereka mainkan untuk membangun fitnah pada Islam.
Dalam vlognya, seorang buzzer mengatakan bahwa sumbangan itu akan dia gunakan untuk menantang muslim yang suka menjelekkan Tionghoa.
Faktanya, kaum muslim tidak pernah menjelekkan etnis Tionghoa. Kalaupun mereka mengkritik soal imigran China, dalam hal ini semua tau, bahwa itu bukan soal sentimen etnis, melainkan kritik kebijakan antar negara.
Buzzer lain membuat meme yang membandingkan sumbangan UAH 30M pada Palestina dengan sumbangan Akidi Tio 2T kepada Indonesia.
Mereka hendak membangun persepsi publik bahwa kaum muslim hanya peduli pada sesama muslim yang jauh di Palestina. Tapi lupa pada sesama warga negara.
Mereka sengaja menutup mata bahwa tak sedikit bantuan muslimin kepada sesama warga. Persyarikatan Muhammadiyah sudah mengeluarkan tidak kurang dari 1 Triliun. Koh Steven Mualaf Centre menghabiskan miliaran harta pribadinya. Belum lagi sumbangan sembako mandiri antar umat kepada para isoman yang kebutuhan hidupnya diabaikan negara.
Apa yang dilakukan para Buzzer itu sesungguhnya tidak sedang membela etnis Tionghoa yang minoritas di Indonesia. Faktanya, kepada Tionghoa Muslim seperti Koh Felix, Koh Steven, Koh Martin, mereka juga tidak suka. Padahal mereka itu minoritas di atas minoritas.
Mereka sejatinya hanya benci Islam. Mereka tidak rela jika negeri mayoritas muslim ini menerapkan Islam.
Karenanya, mereka senantiasa membangun narasi bahwa Islam itu intoleran, Islam itu tidak sesuai dengan Indonesia, Islam itu penuh kebencian, dlsb.
Padahal sejatinya hati mereka sendirilah yang penuh dengan kebencian.
Dalam surat Ali Imran ayat 188 Allah terangkan bahwa; "Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang ada di hati mereka lebih jahat."
Para Buzzer itu tentu tidak bekerja sendiri. Mereka hanya prajurit opini yang digerakkan oleh para komandan strategi, di bawah pemimpin suatu Ideologi yang kontra terhadap Islam.(*)