Catata dr. Tifauzia Tyassuma:
Yang jelas saya sih kapok.
Next pilih Presiden harus bener-bener ketahuan bibit-bebet-bobotnya.
Zaman transparan dan serba googling begini,
Seluruh rakyat harus ikut melakukan proses seleksi dan screening dari sejak awal.
Kalau perlu di-OPSPEK rame-rame dulu sama rakyat.
Pertama. Harus jelas ketahuan banget orang itu asalnya dari mana, orangtuanya siapa, lahir dimana, kalau perlu Akte Kelahirannya kita searching bareng-bareng.
Tidak ada masalah seandainya, dia dulu seperti Bill Clinton, yang lahir dari keluarga broken home, dan bahkan tidak diakui Bapak kandungnya. Atau Obama, atau banyak deh Pemimpin termasuk beberapa Mantan Presiden kita, juga berasal dari Perkawinan yang tidak mulus menurut definisi mainstream.
Tapi jelas! Bukan orang yang latar belakangnya antara ada dan tiada. Hari gini. Cari asal-usul orang sangat gampang.
Jadi sebenarnya, yang bohong juga gampang ketahuan.
Kedua. Jelas latar belakang pendidikan.
Kalau perlu kita searching sama-sama mulai Ijazah TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi. Kalau perlu mulai dia Baby House deh.
Jangan sampai punya Presiden serba tidak sinkron. Masa ijazah SMA nya saja mbulet, apalagi ijazah Perguruan Tingginya.
Saya bukan Penganut IP tinggi. wong IP saya S1 juga kacau balau. Walau saya bayar kontan dengan lulus cumlaude di S2.
Tapi ternyata khusus untuk jadi Presiden, setelah saya pelajari Pemimpin-Pemimpin Besar Dunia di zaman modern, rata-rata Prestasi Mahasiswanya luarbiasa. Bukan sekedar IPK bagus, tapi juga Distinguish Student alias membanggakan almamater.
Tetapi bukan Almamater yang suka bangga-banggain lulusan gara-gara dia jadi Presiden. Kalo ini sih almamaternya yang pansos atau ada maunya.
Jadi kandidat Presiden ini sudah membanggakan sejak jadi Mahasiswa. Bahkan sejak SMA. atau sejak SMP. atau sejak SD.
Pokoknya Macan sekolah ama Macan Kampus sejak dulu kala.
Bukan mahasiswa yang bahkan teman seangkatannya aja ngga kenal. Atau pura-pura kenal setelah dia jadi Presiden.
Terus lulus beneran. Jangan pinjam foto orang ketika wisuda.
Jangan sampai, calon Presiden kita jadi tebak-tebakan kapan lulusnya, berapa IPnya, yang mana ijazah aslinya, apalagi sampai ngaku sendiri kalau IPKnya ngga sampai 2. Lha berarti ngga lulus dong?
Saya sebenarnya ingin mengusulkan, mengingat situasi masa depan dengan tantangan yang luarbiasa,
Menghadapi Peradaban Baru yang sangat scientific, dimana 20-30 tahun lagi sebagian Penduduk Bumi sudah ada yang hijrah ke Planet Mars.
Sebagian bayi nanti akan dibesarkan di dalam mesin bukan di dalam rahim.
Sebagian bayi sudah didesain jadi manusia super dengan bantuan Genetic engineering, sehingga menghasilkan Manusia Meta-human yang akan jadi Bakal orangtua Spesies Generasi Baru Manusia yang akan menduduki bumi Abad 22.
Kebayang ngga bahwa Presiden Indonesia nanti harus seperti apa?
Maka.
Sepertinya biar tidak memalukan kita semua, Presiden berikutnya harus lulus S3 deh. Doktor Luar Negeri atau Dalam Negeri sama saja yang penting Doktor dari Universitas Cetar Membahana.
Dan Bahasa Inggrisnya bagus. Jangan belepotan kayak guide cabutan di candi Borobudur. Eh guide candi Borobudur saja masih lebih bagus-bagus bahasa Inggrisnya.
Masa Presiden negara besar bahasa Inggrisnya bikin gatal telinga. Adoh berani ngomong lagi mending diem. Dan parahnya ngga sadar-sadar juga jadi bahan tertawaan orang sedunia.
Presiden harus punya wawasan global selain cerdas, Jago manajemen. Leadership tinggi dan mampu menjadi dirigen yang baik bagi Team yang dia susun.
Pemimpin yang kharismatik. Berwibawa. tegas, jelas, lugas, jangan mencla-mencle, plonga-plongo, apalagi suka nge-prank.
Pokoknya: Kapok gw!
Berikutnya dan ini yang terpenting: Agamanya bagus, ibadahnya baik jangan yang bisa sholat dan wudhunya baru kemaren dikursusin kilat.
Beriman, bertakwa, Akhlakul karimah. Perkataan dan Perbuatan sinkron dan selaras.
Dia mengatakan apa yang dia lakukan. Dan dia melakukan apa yang dia katakan.
Jangan yang cuma bisa bilang: "Saya perintahkan!" Tapi dia sendiri tidak melakukan apa yang dia perintahkan.
Kalo cuma perintah anak SD juga bisa.
Intinya: Presiden masa depan harus membanggakan seluruh rakyat.
Kalau bisa sih ganteng. Biar enak dipasang fotonya di dinding kamar, eh dinding kantor.
"Doktif, kalimat terakhirnya gitu sih?"
Woiiii itu bukan kalimat sayaaaa.....itu kalimat titipan emak-emak bucin.
"Doktif, curhatnya pedes amat?"
Bukan curhat ih. Ini lagi bikin novel. Fiksi ini fiksiii.
Judulnya: Negeri Carut Marut.
Mau coba compare sama Negeri Bedebah nya Tere Liye.
Ada yang mau sebut ngga, siapa kira-kira yang masuk kriteria? Ntar karakternya saya matchingin sama Tokoh Utama dalam novel ini.
And then eh ternyata orangnya beneran ada. Asik banget, kan.
[fb dr Tifa, 03/08/2021]