Tadi malam saya membaca tulisan Pak Dahlan di Disway. Catatan beliau tentang Pak Christianto Wibisono. Baru meninggal seminggu yang lalu.
Christianto Wibisono atau Oey Kian Kok (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 10 April 1945 – meninggal di Jakarta, 22 Juli 2021 pada umur 76 tahun) adalah seorang analis bisnis terkemuka di Indonesia. Ia adalah pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) 1980.
Paling menarik adalah analisa almarhum Pak Wibi, pasangan Capres yang menurut beliau tidak ada lawan untuk 2024 adalah Mbak Puan - Bang Anies.
Saya kutip kata-kata Pak Wibi, penggalan utuh dari Disway.
"Pasangan Puan-Anies sulit dilawan calon manapun," tulisnya. "Seluruh partai akan dibelakangnya. Kecuali separo Golkar yang masih dipegang LBP," tambahnya.
Tentu saja Pak Wibi juga mengingatkan kalau pasangan ini akan menghasilkan oposan dari Indonesia Timur. Terkait dengan isu Khilafah.
Semakin menarik dengan komentar Pak Dahlan yang mengingatkan kalau Pak Anies adalah lulusan Chicago. Sekaligus mantan Rektor Paramadina yang terkenal sebagai gudangnya Islam Sekuler.
Analisis Pak Wibi tentu saja tidak bisa kita anggap enteng. Saya cenderung melihatnya dari sisi "Taipan".
Sementara menurut saya sejak Pilpres 2009 ada empat komponen yang paling berkuasa menentukan siapa Penguasa (Presiden) Indonesia selanjutnya.
Satu para Taipan lewat Lobby-lobby-nya. Kedua Presiden Petahana, ketiga para Ketua Parpol dan terakhir keempat, adalah suara dari rakyat.
Urutan kekuatannya adalah sesuai urutan di atas juga.
Maksudnya, kalaupun ada Calon yang disukai oleh mayoritas rakyat, tapi kalau para Ketua Parpol tidak suka, ya tidak akan jadi barang itu. Apalagi kalau tidak disukai oleh Presiden Petahana atau para Taipan. Ya cuma jadi Penggembira.
Sebaliknya kalaupun ada Calon yang tidak disukai oleh mayoritas rakyat, tapi disetujui oleh Presiden Petahana dan direstui oleh para Taipan, ya jadi barang itu. Maksud saya, berhentilah bermimpi Capres dukunganmu bisa menang kalau hanya mengandalkan pilihan mayoritas rakyat.
Tapi apa suara dukungan rakyat tidak berpengaruh? Ya berpengaruh. Tapi analisa saya harus murni menang diatas 70 persen baru bisa Capres dukungan rakyat yang tidak disetujui oleh Presiden Petahana dan tidak direstui oleh para Taipan bisa menang.
Tapi ini kan baru teori dan analisa saya.
Cuma saya sudah duluan ngakak kalau membayangkan misalnya di 2024 nanti jadi pasangan Puan-Anies.
Kawan-kawan yang selama ini mayoritas membully saya dengan ide Prabowo Subianto-Puan Maharani adalah pendukung garis keras Bang Anies. Pasti mereka tiba-tiba akan terserang sakit gigi. Sebagian mungkin akan pura-pura amnesia.
Tapi berita bagusnya, cebongers yang selama ini teriak khilafah-khilafun juga akan mendadak jadi Kadrun. Yang tidak menerima akan jadi gila. Maksud saya penderitaan batin ada di dua pihak kok.
Jadi, sebelum 2024. Ayo sahabat, berhenti menjadikan Politik seakan-akan sebuah pilihan iman. Politik itu bukan agama. Bukan sebuah keyakinan. Ini cuma sebuah permainan. Tidak ada kawan dan lawan abadi. Yang ada adalah kepentingan dan tujuan. Jadi tolong jangan sampai putus tali silaturrahmi hanya karena berbeda pilihan.
Dukung Bang Anies boleh. Tapi jangan terlalu fanatik. Apalagi sampai membenci yang tidak setuju dengan pemikiran anda. Percayalah. Apalagi sampai membawa-bawa Ulama. Percayalah, saya juga fans Bang Anies. Bedanya saya paham realitas politik.
Sebaliknya yang Anti Pak Prabowo juga silahkan. Tapi jangan terlalu membenci. Sampai memutus tali silaturrahmi.
Paling penting, siapapun dukungan dan pilihan anda, mari bersama Prabu-Maharani kita jadikan Indonesia kembali berjaya.
"Bang...bang, kenapa bukan Anies-Puan ya?"
Karena Bang Anies tidak punya modal dan partai. Kalau Pak Wibi masih hidup, mungkin beliau dan beberapa Taipan lainnya bisa dukung... 🙏🙏
(Azwar Siregar)