BUNG JOKOWI
Saya sebenarnya kurang paham apa urgensinya dari usulan Bu Mega untuk memanggil Jokowi dari Pak jadi Bung Jokowi.
Sama ketika Bu Mega mengusulkan salam Pancasila dengan posisi tangan disamping kepala dengan jari terbuka yang katanya adalah salam Pancasila ala Bung Karno.
Saya menganggap pernyataan-pernyataan Bu Mega mewakili BPIP. Lembaga yang sampai sekarang saya tidak tahu manfaatnya selain memboroskan anggaran Negara.
Saya pahamlah. Bu Mega selalu terobsesi untuk kembali "membung karnokan" segala hal di Republik ini. Mulai dari keinginan beliau untuk mengubah Pancasila jadi trisila atau ekasila, salam Pancasila, dan sekarang memanggil Presiden dengan sebutan "Bung".
Jaman Bung Karno ada bagusnya. Tapi banyak juga yang mesti dikritisi.
Misalnya Demokrasi Terpimpin (era sekarang saya merasa kurang lebih sama). Memenjarakan Ulama dan Lawan-lawan politik (kurang lebih sama kan...?).
Ideologi Nasakom (Saya pribadi kok merasa bangkit atau minimal melunaknya sikap Negara kepada komunis), dan terakhir permintaan pendukung Bung Besar menjadi Presiden seumur hidup (mulai ada gerakan 3 periode).
Tapi setiap Jaman ada masanya dan setiap masa ada Jamannya. Di Jaman Perjuangan Kemerdekaan, kita memang butuh Pemimpin yang kharismatik seperti Bung Karno. Kita butuh Pemimpin yang bergaya dan bersikap Patriotik. Orator yang hebat.
Jaman baru-baru Merdeka Negara perlu memberi asupan Nasionalisme setiap saat. Karena masa itu banyak daerah bahkan masih berdaulat sebagai bekas Kerajaan dan Kesultanan.
Tapi sekarang, saya kira tidak ada satupun lagi warga negara kita yang lahir misalnya di Kerajaan Aceh Darussalam atau Kerajaan Kutai Kertanegara. Semuanya sudah lahir di Bumi Pertiwi yang bernama Indonesia. Jadi bentuk pengajaran Nasionalisme kita tidak seharusnya masih berputar di masalah slogan dan ritual. Tapi pembuktian keberpihakan pada rakyat.
Dijaman baru-baru Merdeka, rakyat yang kita paksa membuktikan Nasionalismenya sebagai pengakuan atas Negara Republik Indonesia.
Kalau sekarang seharusnya Negara lewat Operatornya yang kita sebut Pemerintah yang harus gantian dipaksa menunjukkan Nasionalismenya kepada rakyat. Misalnya mensejahterakan dan melindungi rakyat. Atau paling mudah, jangan berikan ke TKA China Lapangan Kerja yang menguras SDA kita. Berikan ke rakyat sendiri. Masih banyak rakyat kita yang menganggur.
Nah, Bu Mega, Tegur tuh si LBP!
Jadi kesimpulannya, saya menganggap usulan Pemanggilan "Bung" kepada Jokowi tidak perlu dan terlalu dipaksakan.
Sudah cukup beliau dulu terlalu dipaksakan jadi Presiden. Hasilnya banyak rakyat menderita sekarang.
Mosok kehidupan kita udah menderita, sekarang lidah juga harus dibuat susah panggil "Bung Jokowi".
"Kalau Mas Joko Ta' Uu.. aja gimana?"
(By Siregar Azwar)