[PORTAL-ISLAM.ID] ANKARA - Penasihat Keamanan Nasional UEA Tahnoun bin Zayed Al Nahyan bertemu dengan Erdogan di Ankara (19/8/2021) di tengah rumor bahwa militer Amerika Serikat akan menarik diri dari seluruh Timur Tengah.
Tahnoun bin Zayed Al Nahyan adalah tangan kanan Mohammed bin Zayed, penguasa UEA (Uni Emirat Arab). Turki dan UEA menjadi rival regional dan saling bertentangan dalam banyak hal. Tetapi Pada bulan Juni, sebuah laporan mengatakan bahwa UEA berusaha untuk memulihkan hubungan dengan Turki dan negara-negara regional lainnya.
Turki mensinyalir UEA mendanai upaya kudeta di Turki, mendanai kudeta As Sisi di Mesir terhadap Muhammad Mursi, mendanai serangan teroris di Somalia, mendukung pemberontak Haftar di Libya dan mendukung kelompok Komunis Kurdi Suriah YPG. UEA juga mendukung "kesepakatan abad ini" pada masa Presiden AS Donald Trump, yang akan menyerahkan Palestina seluruhnya kepada Israel. Namun apa yang membuat mereka mengubah sikap mereka terhadap Turki?
UEA dapat melakukan "investasi serius" di Turki jika negosiasi antar negara berjalan dengan baik.
"Selama beberapa bulan ... dimulai dengan unit intelijen kami, dengan mengadakan beberapa pembicaraan dengan pemerintah Abu Dhabi, kami telah sampai pada titik tertentu," kata Erdogan.
"Saya juga mempertimbangkan untuk bertemu dengan Sheikh Mohammed bin Zayed," tambah pemimpin Turki itu.
“Mereka memiliki target investasi yang sangat serius, rencana investasi,” kata Erdogan, menambahkan bahwa kepala Wealth Fund Turki dan lembaga pendukung investasi akan melanjutkan pembicaraan.
"Jika mereka melanjutkan dengan cara yang baik dengan rekan-rekan mereka, saya yakin Uni Emirat Arab akan melakukan investasi serius di negara kita dalam waktu yang sangat singkat," katanya.
Anwar Gargash, penasihat diplomatik Presiden UEA Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan, memuji pertemuan itu sebagai "bersejarah dan positif" di Twitter.
Kedua negara, yang mendukung pihak-pihak yang bersaing dalam konflik Libya, telah menjadi saingan sengit untuk pengaruh regional. Turki tahun lalu menuduh UEA membawa kekacauan ke Timur Tengah melalui intervensinya di Libya dan Yaman, sementara UEA dan beberapa negara lain mengkritik tindakan militer Turki. Hubungan antara Turki dan UEA mencapai titik terendah sepanjang masa ketika Erdogan mengatakan bahwa Ankara dapat menangguhkan hubungan diplomatik dengan pemerintah Abu Dhabi setelah kesepakatan UEA-Israel. Pejabat Turki mengatakan UEA mendukung organisasi teroris yang menargetkan Turki, menggunakan kelompok itu sebagai alat politik dan militer yang berguna di luar negeri.
Sebelumnya pada 2017, Abu Dhabi (UEA) berada di garis depan embargo regional terhadap Qatar, yang diberlakukan UEA dan Arab Saudi setelah menuduh Doha mendukung Ikhwanul Muslimin dan terlalu dekat dengan Iran. Namun pada akhirnya bulan Januari, Abu Dhabi mengikuti jejak Arab Saudi dalam mencabut embargo regional terhadap Qatar.
Militer AS akan pergi dari seluruh Timur Tengah
Rumor yang berkembang AS kemungkinan akan mengubah seluruh politik Timur Tengahnya. Setelah pergi dari Afghanistan, Militer AS pada pemerintahan Joe Biden kemungkinan besar juga akan memutuskan untuk meninggalkan Saudi/Teluk Arab, Irak dan Suriah. Tetap bermusuhan dengan Turki mungkin tidak akan begitu bijaksana.
(Daily Sabah)
President @RTErdogan received the UAE's National Security Advisor Sheikh Tahnoun bin Zayed Al Nahyan at the Presidential Complex. pic.twitter.com/qe9yejUYhB
— Turkish Presidency (@trpresidency) August 18, 2021