Laut Cina Selatan (LCS) bisa terjadi tawuran berdarah. Diawali China klaim 90% wilayah Laut China Selatan dan buat Pulau disana. Lalu Obama bereaksi merubah strategi dengan Fokus ke Asia Pasific, tidak lagi Timur Tengah.
Sesunggunya Pengadilan Internasional menolak Klaim Cina di Laut Cina Selatan. Hanya Cina ndak peduli pengadilan internasional.
Negara ASEAN yang merasa memiliki wilayah di LCS ketakutan. Pilipina, Vietnam, Malaysia dan Brunai takut dan cemas. Jelas, Taiwan ndak kalah takutnya karena justru Taiwan yang pertama akan “diselesaikan”. Jepang dan Korsel sama tegangnya.
Mulailah Amrik aktif hadir di Laut Cina Selatan, ndak main-main Satuan Armada Indo-Pasific yang turun. Hanya di titik ini Cina masih anggap bisa lah di-handle lah Amrik itu. Cina juga sudah menyiapkan Armada AL yang kuat serta sudah buat Pulau Buatan untuk pangkalan perang untuk imbangi Armada Indo-Pasific Amrik.
Lalu Australia mulai ikut bantu Amrik, Cina pun tunjukkan taring dan tajinya siap mengancam dan klo perlu menerkam Australia.
Inggris sebagai majikannya Anglo-Saxon ikutan hadir nekan Cina bantu sekutunya dengan kirim Kapal Induknya. Cina mengaum galak menantang Inggris.
Lalu Perancis mulai turun juga hadir di LCS dengan Kapal Selam Nuklirnya. Ini meskipun Cina amat geram, tapi ini sinyal Eropa bisa ikut campur, Cina mulai berhitung.
Saat yang sama India pun mulai kirim satuan Frigate-nya ke LCS. Ini menjadikan juga secara terbuka India menantang Cina. Armada India rencanya berada berbulan-bulan di LCS.
Tapi yang terakhir ini yang paling tidak disukai Cina, saat Jerman mengirim kapal perangnya ke LCS. Sikap Jerman menjadi sinyal serius bahwa Eropa akan terlibat dalam konflik LCS jika Cina tetap mempertahankan klaimnya. Eropa bersama internasional siap terlibat menghadapi Cina.
Sikap Jerman amat tidak diduga Cina karena selama ini Jerman bersahabat dengan siapapun. Tindakan Jerman mengirim Armada ke LCS ini bisa menjadi “Check Mate” buat Cina.
Bagaimana dengan Cina? Cina tidak punya banyak pilihan. Tampaknya akan ada 2 Kartu yang ingin dimainkan oleh Cina yaitu (1) Kartu Rusia dan (2) Kartu Indonesia untuk memenangkan konflik ini. Nah apakah Rusia dan Indonesia akan membantu Cina, atau netral atau justru membantu Internasional?
Semoga para Pemimpin Indonesia bisa bijak betul bersikap dalam potensi konflik yang amat berbahaya dan berada di depan Pekarangan Rumah Kita. Jika itu terjadi "kebakaran" maka Indonesa sebagai rumah kita bisa "ikut terbakar".
*dariTepianLembahSungaiRheinRuhr
(By Ferizal Ramli)