Bani Bipang bukan cuma cerewet soal politik, tapi juga soal agama, wabil khusus agama Islam. Apa saja yang jadi isu agama Islam, Bani Bipang memilih berada di seberang. Mulai dari isu hijab, cadar, celana cingkrang, suara azan, takbir, jualan makanan siang hari saat bulan Ramadhan, sholat jum’at dan ied saat pandemik, bahkan sampai doa mencegah penyakit menular pun mereka nyinyirin.
Ketika ada gerakan hari tanpa hijab, Bani Bipang mendukung penuh di medsos. Ada juag sih yang menolak gerakan itu tapi jumlahnya sedikit. Anehnya, dukungan terhadap hari tanpa hijab demi NKRI dan Pancasila!
Kalau saja Bani Bipang atawa BuzzeRp ada di Norwegia, sebutlah nama BuzzeRp Norwegia itu misalnya Denny Svensson alias DS. Pasti DS akan nyinyirin tim bola tangan putri Norwegia. Pasalnya, tim bola tangan putri Norwegia menolak memakai seragam bikini. Mereka lebih memilih celana pendek sebagaimana tim laki-laki. Padahal menurut aturan panitia, perempuan pakai bikini, laki-laki pakai celana pendek.
Hal seperti itu juga pernah dilakukan oleh banyak atlit wanita Indonesia dari berbagai cabang olah raga yang menolak melepas jilbab, mereka lebih memilih nggak jadi bertanding. BuzzeRp tentu saja tidak absen membuly atlet yang menolak melepas hijab.
Celana pendek bagi wanita tentu saja dari kacamata muslim ya tetap harom, tapi bagi wanita Eropa masuk ketegori sopan bila dibandingkan dengan bikini. Itu tadi, kalau misalnya di Norwegia ada BuzzeRp bernama Deny Svensson pasti dia bikin status, “Sok suci!“.
Walaupun nggak ada BuzzeRp, bukan berarti di Norwegia nggak ada Islamophobia. Ada, cuma hanya untuk isu besar. Misalnya, menahan laju Populasi muslim. Di Norwegia, populasi muslim sudah mencapao 3,5 persen lebih, dan kalau nggak ditahan lajunya akan lebih banyak lagi. Untuk itulah disana ada gerakan islamophobia walau jumlah pengikutnya nggak banyak-banyak amat. Lha, Bani Bipang phobia terhadap Islam untuk urusan ya nggak masuk akal, demi NKRI dan Pancasila!
Sepak bola tangan itu sendiri di Indonesia masih terdengar asing. Olahraga yang punya aturan main mirip sepak bola itu padahal sudah cukup lama usianya sudah seratus tahun lebih, tapi nggak kunjung populer. Mungkin panitia ingin lebih banyak pria yang menyukai olah raga ini, maka dibikin peraturannya atlit wanita harus pakai bikini, apalagi kebetulan mainnya di pinggir pantai.
Rupanya wanita Norwegia punya prinsip, olahraga ya olahraga, jangan jual kemolekan tubuh wanita. Walaupun kalau untuk perakara renang di pantai ya mereka pakai bikini. Mereka lebih memilih bayar sanksi denda 25 jutaan perak daripada dipaksa pakai bikini.
Federasi Bola Tangan Eropa (EHF) yang menerima uang denda itu kelakuannya nggak beda dengan Bani Bipang. Peraturannya apa, tujuannya entah kemana. Menurut EHF, uang denda itu akan disumbangkan ke yayasan olahraga internasional utama yang mendukung kesetaraan bagi perempuan dan anak perempuan dalam olahraga untuk tujuan baik, yakni mempromosikan kesetaraan dalam olahraga. Lha EHF ngedenda karena tim putri Norwegia lebih memeilih pakai celana pendek seperti tim laki-laki, EHF malah bicara kesetaraan gender, nggak nyambung blas. Kalau dipikir-pikir EHF itu mirip siapa ya selain Bani Bipang?
Nggak disangka nggak dinyana, penyanyi pop wanita kenamaan asal Amerika, Pink mendukung penolakan bikini itu, bahkan dia bersedia membayarkan dendanya. Kalau Pink saja mendukung wanita harus pakai pakaian “sopan” di depan umum, nggak kaya Bani Bipang. Kalau begitu, Bani Bipang ikut ajaran apa sih?
(By Bang Rojak)