[PORTAL-ISLAM.ID] Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Pandjaitan menjawab beragam kritik soal investasi China yang jor-joran ke Indonesia.
Ternyata Luhut ada misi mulia lho mengapa Indonesia ngebet banget pada investasi dan TKA China.
Luhut mengatakan tujuan investasi China adalah supaya Indonesia jadi negara maju.
Beneran nggak sih?
Luhut mengatakan Indonesia beruntung lho bisa mendapatkan investasi China, di saat teknologi China sedang pada masa keemasan.
Pensiunan Jenderal TNI itu mengatakan bisa bekerja sama dengan China, Indonesia bisa belajar teknologi dan nantinya diharapkan meloncat naik kelas dari negara berkembang
Luhut soal Investasi China dan TKA China
Luhut menjawab hal itu dalam perbincangan dengan Andy F Noya dalam Double Check Kick Andy. Menko Luhut membantah jumlah TKA China yang masuk ke Indonesia mencapai jutaan orang.
Data Luhut, jumlah total TKA saja 30 ribu, dan TKA China itu belasan ribu saja.
Jadi menurut dia narasi jumlah TKA China jutaan orang itu pembohongan luar biasa.
Selanjutnya Luhut mengatakan dulu saat zaman Gus Dur dia memimpikan adanya hilirisasi industri di Indonesia, akhirnya mimpi itu kesampaikan setelah dia masuk pemerintahan Jokowi dan menjadi menteri andalan Jokowi
Hilirisasi yang ia maksud adalah Indonesia harus mengolah bahan mentah yang diambil dari alam dan diolah menjadi barang turunan supaya punya nilai tambah untuk ekspor, didaur ulang sampai dipakai sendiri
Untuk bisa mengolah tersebut, kata dia, butuh belajar teknologi. Dan negara yang mau diajak bekerja sama dengan Indonesia cuma China saja.
“Saya shopping around hanya Tiongkok saja (yang mau), dan ternyata mereka itu punya teknologi bagus. Saya tanya, kalian mau nggak transfer teknologi, bikin pusat riset di Indonesia, bikin politeknik diIndonesia? mau mereka,” jelas Luhut.
Menko asal Batak ini mengatakan Indonesia beruntung lho bisa menarik China untuk investasi di Indonesia. Mereka teknologinya sedang tinggi dan maju.
“Pas teknologi mereka sedang naik kita datang. Mereka pas butuh juga,” kata dia.
Dia membandingkan Amerika Serikat itu alot untuk diajak berinvestasi di Indonesia.
Ada saja alasannya, tanya sana sini, apakah Indonesia sudah bikin ini itu.
Beda dengan China, enak diskusi investasinya, kata Luhut begitu.
“Kalau pergi ke mereka (China), kita yang bikin syarat. Saya maunya Business to Business supaya utang kita nggak banyak, saya mau teknologi transfer terknologi, saya mau jumlah pegawai kalian bertahap harus turun, oke mereka. Tapi mereka minta bagian kontruksi kami yang banyak karena kami yang ngerti, deal itu. Kau harus dirikan sekolah, semua orang Indonesia jadi pemimpin di situ,” kata Luhut.
Makanya dalam komitmen investasi itu, jumlah TKA China awalnya banyak tapi secara bertahap akan berkurang dan tenaganya diisi orang Indonesia.
“Saya lihat yang di room control (industri nikel di Indonesia Timur) itu 3 orang melayu, 7 orang Tiongkok itu untuk tahun pertama. Yang di Morowali sudah 5 tahun ini jadinya 10 orang Indonesia, dan 1 orang Tiongkok,” kata dia.
Misi Mulia karena China.
Nah lebih dari itu, Luhut mengungkapkan ada niatan dan misi mulia mendatangkan investasi China yang mau berbagi teknologi kepada Indonesia.
Ini menjadi modal bagi Indonesia untuk nanti berkembang dari status negara berkembang.
“Yang lebih dari itu, teknologi riset ada di sini. Saya serius tak ada satu negara maju itu mau negara berkembang jadi negara maju, enggak ada. Itu anak muda mesti lihat. Kita harus figh, bahwa saya harus mengalah sana sini, tapi ujungnya bisa leaf frog, kalau enggak kita akan jadi budak dari pada negara maju, maaf saya kasar,” katanya.
Luhut mengatakan manfaat investasi China di Indonesia jelas telah dirasakan.
Dari 7 industri yang China masuk investasinya di Indonesia timur, ekonomi Indonesia timur terdongkrak naik malahan wilayah tersebut ekonominya surplus.
Belum lagi ekspor Indonesia pada tahun lalu juga naik lantaran investasi China.
“Ekspor kita tahun lalu menolong kita, 10 miliar dollar dari iron steel, tahun ini akan 20 miliar dollar, tahun 2024 total semua mereka investasi sekitar 35 miliar dollar, dan lithium baterai itu tahun 2025 itu akan 50 miliar dollar,” jelasnya. [Democrazy/sra]