NANTANG TERUS
Ketika dia ditunjuk menangani tugas khusus, pasti kalimat begini menjadi "kalimat pembuka" atas penilaian publik atas tugas yang dia emban.
Beberapa waktu yang lalu tantangan Luhut disambut oleh Dosen Senior UI, Djemester Simarmata terkait polemik hutang negara. Luhut tidak terima ketika negara dikatakan asal berhutang, dan menantang berdebat siapapun yang menilai kondisi hutang negara ini parah.
Djemester menyanggupi dan terjadilah debat di kantor Kemenko, sayangnya debat dalam keadaan tertutup.
1 jam dalam ruangan, Djemester yang awalnya selalu galak memberikan kritik menjadi tersipu malu dan memilih tidak memberitakan apa hasil debat mereka dalam ruangan.
Publik pun heran, ada apa dengan ruangan itu? Masuk galak, keluar ruangan jadi imut.
Saar Luhut kembali menebarkan tantangan begini, pasti banyak yang akan menyambut dirinya. Dengan syarat, debat atau diskusi dilakukan pada ruangan terbuka dan bisa disaksikan oleh seluruh masyarakat dengan mengundang media TV menyiarkannya.
Dengan menjadikan ini debat di area terbuka, pastinya akan menjadi menarik karena bisa memberi edukasi pada publik mengenai arah kebijakan pemerintah atas penanganan covid yang dinilai gak jelas.
Debat terbuka juga bisa dijadikan penilaian oleh publik, apakah pejabat yang ditunjuk merupakan pejabat yang punya kapabilitas dalam tugasnya atau hanya pejabat yang hanya mampu menyorongkan moncongnya saja.
Dulu Rizal Ramli pernah menyanggupi tantangan pertemuan dengan Luhut dalam membahas ekonomi. Sayangnya Luhut menolak saat RR meminta pertemuan disiarkan oleh TV nasional.
Kalau sekarang Luhut nantang begini, coba hubungi Deddy Corbuzier. Siapa tau dia bisa memfasilitasi tempat dan menyiarkannya pada publik melalui podcastnya.
Jika di TV Luhut menolak, siapa tau kalau di Youtube gak nolak. Secara ada profit share atas jumlah penonton yang klik tayangannya. Siapa tau kan?
(Setiawan Budi)