[PORTAL-ISLAM.ID] Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Haris Pertama mengapresiasi aksi para mahasiswa yang telah berani mengambil peranan untuk aktif mengeritik kekuasaan.
Seperti diketahui, selepas ramai perbincangan terkait kritik 'The King of Lip Service' dari BEM UI yang ditujukan kepada sosok Presiden Joko Widodo, muncul pula gerakan solidaritas di kalangan mahasiswa yang tampak dari aksi sejumlah BEM di Universitas lainnya yang ikut vokal menyuarakan kritik serupa.
Atas hal ini Haris mengatakan bahwa sejatinya kritik yang dilakukan para pemuda kepada penguasa merupakan hal yang biasa, tidak perlu ditanggapi hingga gaduh. Pasalnya, jelas Haris, telah sejak lama pemuda berperan sebagai pengeritik kekuasaan.
"Ini hal yang biasa bahwa dari zaman Orde Lama, bahkan dari zaman Kolonial Belanda, anak-anak muda kita sudah mengkritik penjajah, mengkritik presiden pertama, mengkritik Orde Baru bahkan sampai Reformasi. Itu hal biasa. " ujar Haris saat dimintai pendapat oleh Gatra, Kamis (01/07/2021).
Lebih jauh, Haris menambahkan, gerakan yang saat ini dilakukan oleh para mahasiswa merupakan refleksi dari apa yang tengah dirasakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia.
"Bagaimana pun suara-suara yang keluar dari para mahasiswa itu bisa dijadikan dasar oleh pemimpin kita untuk merubah sikap atau kebijakan yang mungkin dirasa oleh banyak kalangan masyarakat kurang tepat dengan apa yang telah dijanjikan," ujar Haris.
Haris berpesan kepada para mahasiswa untuk tetap menjalankan perannya sebagai pengeritik kekuasaan. Mengenai serangan yang akan ditrerima setelah menyampaikan krtik, Haris menilai hal itu merupakan risiko dari sebuah perjuangan. Para mahasiwa harus siap untuk menghadapinya. "Tetap berjuang, tetap memperbaiki negara kita ini dengan memberikan masukan atau kritikan dengan elegan," dukung Haris.
"Maju terus, masalah buzzer anggap saja anjing menggonggong kafilah berlalu. Kalau mereka mau melakukan perlawanan, kita lawan. Anak muda jangan takut sama para buzzer itu," tambah Haris.
Haris turut berbagi pengalaman pribadinya saat beberapa waktu lalu yang sempat diserang oleh para buzzer. Dari pengalamannya itu, Haris meminta para mahasiswa untuk menyikapi serangan buzzer dengan santai. Dirinya pun yakin para mahasiswa yang vokal mengeritik penguasa tak akan kalah oleh para buzzer.
"Ini hanya masalah mental dari Mahasiswa. Saya yakin dari generasi ke generasi bahwa mental-mental dari mahasiswa, para intelektual muda, saya yakin tidak akan kalah dengan buzzer-buzzer ini," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Haris juga menegaskan kepada segelintir orang yang mengaku sebagai pendukung Presiden Joko Widido untuk tidak menjadikan Presiden sebagai sosok yang antikritik.
"Pendukung Jokowi kan bukan sepuluh dua puluh orang yang ngoceh-ngoceh itu. Pendukung Pak Jokowi jutaan rakyat Indonesia. Jangan sedikit-sedikit mengatasnamakan pendukung Pak Jokowi lalu tiba-tiba mendorong Presiden kita ini menjadi seseorang yang antikrtik, bahkan nantinya bisa dianggap sebagai pemimpin yang otoriter," tegas Haris.
"Cara mendukung pemerintah bukan dengan melingkari seorang Presiden untuk menjadi seseorang yang antikritik, yang anti terhadap pandangan atau masukan dari masyarakatnya," pungkas Haris. [Gatra]