Djoko Tjandra alias Tjan Kok Hui ini, tersenyum lebar sambil menunggu kedatangan majelis hakim, beberapa bulan lalu saat pengadilannya. Dia waktu itu divonis 4,5 tahun. Banding dong, otomatis. Dan sepertinya, dia tersenyum lebih lebar hari-hari ini, hukumannya dipotong jadi 3,5 tahun di pengadilan banding. Berkurang 1 tahun.
Yes!
Kasus ini sebenarnya sangat serius. Salah-satu drama hukum paling serius. Saat buronan, bukannya ditangkap, malah dibantuin sama aparat penegak hukum. Jenderal polisi, jaksa, main mata. BAYANGKAN, jenderal polisi, jaksa, terlibat bantuin buronan. Dia bantu urus itu buronan. Epic sekali.
Tapi mau bagaimana lagi? Si Penerima Suap Wanita Jahat Pinangki, yang juga banding, dan lagi2 disunat hukumannya dari putusan sebelumnya, kejaksaan adem ayem saja toh, menolak kasasi. Maka, jangan tanggung bro, sis Jaksa2 huebat nan suci tiada noda di seluruh negeri. Yang satu ini juga tidak perlulah cape2 kasasi. Bahkan sebenarnya, sejak awal, nggak usah cape2 juga ngurusin kasus ini. Lupakan saja kasus ini. Beres. Biar hepi semuanya.
Djoko Tjandra ini juga harusnya kesal. Coba dulu mau saja ditangkap, dipenjara, beres cepet toh? Bukan malah berlarut2 begini. Koruptor2 kakap di Indonesia itu, yg dipenjara tahun 2000-an, sudah banyak yg bebas, Koh Djoko. Elu sih pakai drama buron. Sekarang jadi banyak kasus.
Itu hukuman 3,5 tahun, potong remisi, paling sisa dua tahunan. Belum lagi itu penjara bisa disulap jadi hotel. Terang-benderang fakta2 ini, ada perubahan? Zong. Menteri, Presiden, dkk diam saja. Mereka bahkan tdk ngamuk saat tahu napi korupsi bisa bawa HP ke penjara. Mereka bahkan tidak ngamuk saat ucapannya soal 75 penyidik KPK dicuekin bawahannya. Mereka bahkan tidak ngamuk saat koruptor bansos cuma dituntut 11 tahun. Padahal dulu mereka bilang akan dihukum seberat2nya, bila perlu hukuman mati.
Entah butuh berapa generasi lagi biar negeri ini bisa flush kotoran busuk koruptor, tukang suap, dkk. Juga mem-flush aparat2 penegak hukum yg terlibat terima suap, malah ikutan jadi penjahat. Kalian berharap dari generasi pimpinan sekarang? Ngimpi!
Jadi mari fokus didik generasi berikutnya. Tanamkan kebencian luar biasa kepada perbuatan mencuri, rampok, maling uang rakyat ini. Lewat tulisan2, tontonan, teladan di rumah, keluarga, sekolah, dan sekitarnya. Itulah sebenar2nya revolusi mental. Bukan cuma lip service doang.
(By Tere Liye, penulis novel 'Negeri Para Bedebah')
*foto dari Kompas/Wawan H Prabowo
**fb Tere Liye