“Al-hajju 'arafah = haji itu adalah arafah!” kata Baginda Nabi -shallallahu 'alaihi wasallama. Seperti menegaskan bahwa tiada haji tanpa Arafah. Sebagaimana juga penegasan bahwa Arafah itu adalah satu-satu tempat wukuf bagi semua jamaaf haji.
Penegasan Baginda di atas kemudian menjadi tasyri' bahwa tidak sah haji seseorang kalau tidak mendatangi Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Sebenarnya apa Arafah ini? Ia adalah satu dataran tinggi yang terletak antara Mekkah dan Thaif.
Berjarak 22 kilo meter dari Mekkah. Berjarak 10 kilometer dari Mina dan 6 kilometer dari Muzdalifah.
Penamaan Arafah sendiri terdapat perbedaan antara para ulama. Sebagian menyebutkan bahwa penamaan tersebut karena menjadi tempat bertemunya moyang kita Adam dan Hawa, setelah sebelumnya mereka berdua lama terpisah semenjak pindah dari Surga ke Bumi.
Sebagian ulama lainnya menyebut penamaan Arafah karena menjadi tempat Malaikat Jibril mendatangi Nabi Ibrahim -alaihissalam untuk mengajarinya tata cara (manasik) haji.
Ada lagi yang mengatakan, dinamakan Arafah karena menjadi tempat berkumpulnya orang ramai untuk saling berkenalan satu sama lain.
Sebab arafah memang satu rumpun kata dengan عرفانا يعرف عرف yang berarti tahu. Kemudian menjadi تَعَارُفَاً يتعارف تعارف yang berarti berkenalan. Inilah juga yang dipake istilah anak-anak Rohis jaman dulu, ta'aruf yang kurang lebih berarti pedekate, kata anak jaman sekarang.
Saya sendiri cenderung kepada pendapat yang pertama: pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa, dan sepertinya ini adalah pendapat yang paling banyak disepakati.
Sebagaimana kita ketahui bahwa setelah pelanggaran yang dilakukan oleh Mbah Kakung Adam dan Mbah Uti Hawa di surga, mereka berdua pun dipindahkan ke bumi.
Sesampainya di bumi, ternyata mereka tidak berada di satu tempat yang sama. Konon Nabi Adam di India, sedang Siti Hawa di sekitaran Mekkah/Arafah.
Maka karenanya bisa kita ketahui bahwa yang aktif melakukan pencarian adalah Kakung Adam, sedang Uti Hawa cenderung pasif, beliau hanya muter aja di sekitaran Mekkah.
Ini juga menjadi inspirasi manusia dari abad ke abad, bahwa seharusnya yang aktif melakukan pencarian terhadap pasangan hidup itu adalah laki-laki, bukan perempuan. Walau tidak ada larangan juga, kalau perempuan menjadi lebih aktif.
Singkat cerita, setelah Kakung Adam menempuh perjalanan dari India sampai ke Mekkah, berjumpalah sepasang kekasih ini di Arafah. Maka kemudian di Arafah itu ada bebukitan yang disebut Jabal Rahmah.
Jadi bisa dikatakan bahwa Jabal Rahmah itu adalah prasasti cinta antara dua moyang manusia: Nabi Adam (آدم) dan Siti Hawa (حوّاء) -alaihimassalam.
Bahwa wukuf di Arafah itu adalah rukun utama dalam ibadah haji, itu adalah hal yang telah disepakati. Tak ada perbedaan pendapat untuk itu.
Tapi lepas dari hal tersebut, berkumpulnya orang ramai (manusia) pada Tanggal 9 Dzulhijjah setiap tahunnya di Arafah, itu juga adalah peringatan tentang pertemuan cinta, antara dua orang yang menjadi asal usul seluruh manusia.
Saat Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam menyampaikan khutbah pada Haji Wada' (perpisahan), Baginda berdiri di atas Jabal Rahmah, yang di antara pesannya adalah: Tuhan kita Satu, Allah. Asal kita sama, dari Adam, dan Adam terbuat dari tanah. Sesungguhnya manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.
(Ustadz Abrar Rifai)