THALIBAN
Isu Thaliban di Indonesia sering di jadikan parameter radikal di Indonesia, seakan-akan kalo sudah mendengar Thaliban di isi kepala kita adalah sesat, saya hanya ingin memberikan informasi secara seimbang, tetapi anda jangan terburu buru menyimpulkan bahwa saya pro radikal atau masih radikal dengan istilah Lazimul Qaul Laisa bil Qaul (konsekwensi kutipan perkataan bukan berarti dia pemilik perkataan).
Asal antum tahu bahwa Thaliban itu penganut Ulama Tareqat Deobandi, semua Jam'iyyah di Indonesia yang mirip dengan Nahdhatul Ulama, semua pondok pesantren dan kelompok keagamaan di Khurasan (Iran, Afghanistan, Pakistan, India, Tajikistan, Uzbekistan dll), ulama2 kawasan Khurasan menganut Tareqat Deobandi di India.
Mazhab kawasan Khurasan menganut Mazhab Hanafiah dengan Aqidah mengikuti Abu Mansur Al-Maturidi, mereka juga anti Wahabi dan membencinya, jimat dan Taminah masih di gunakan Mujahidin Afghanistan di era 70-80an, dalam catatan Syaikh Abdullah Azzam dalam Tarbiyatul jihadiyyah menyebutkan bahwa Mujahidin Arab menyanyangkan cara2 seperti itu, sehingga membuat isu bahwa di Afganistan tidak ada Jihad, yang ada peperangan antara orang Musyrik dengan Mulhid (Ateis).
Antropologi dan sosiologi dunia mencari cara bagaimana memisahkan Thaliban yang Aswaja tulen dengan AL-QAEDA yang Ikhwani Wahabi, cara ini gagal, karena tidak ada Amilin AL-QAEDA yang tamak menjadi Mufti atau komandan di Afghanistan dan Pakistan, semuanya diserahkan kepada ulama lokal setempat, untuk itu setiap operasi jihad di Afghanistan tidak memakai bendera AL-QAEDA, semua memakai bendera Emirat Islam Afghanistan (Thaliban).
Berbeda dengan ISIS, yang datang langsung sok memimpin, sok paling alim dari masyarakat setempat, ini celah untuk di pisahkan dengan umat, dan menjadi musibah besar jika jihad terpisah dari umat, untuk itu jihad Afghanistan masih bertahan sampai hari ini, setelah kejadian 911 2001 Markaziah AL-QAEDA di pindahkan ke Waziristan Pakistan dari Afghanistan, bukan terusir tetapi Imarah Thaliban menertibkan sementara.
Untung nya Al-Qaeda itu bukan pure Wahabi, tetapi semi Ikhwani Wahabi yang lebih ramah, punya Fiqh Dakwah, mengadopsi Mazhab dan tidak resistensi, padahal musuh telah menyiapkan jebakan Batman untuk mengadu domba Al-Qaeda dan Thaliban.
***
Thaliban berasal dari bahasa Arab yang berarti Tholib artinya pelajar, diplesetkan dengan bahasa Persia dan Pasthun menjadi Thaliban artinya poro santri, saya mengamati Thaliban sejak 1995, ketika mereka baru muncul di permukaan, mereka dulunya para santri yang berada di Bhalucistan, Peshawar, Waziristan dll.
Mereka muak dengan pertikaian antar faksi mujahidin yang tidak pernah selesai di Afghanistan, baik itu dari Faksi Hikmatyar, Abdul Rasyid Dustum, Rabbani, Ahmad Syah Mas'ud, dan Abu Rabbi Rasul Sayyaf, pertikaian itu terjadi setelah gugurnya Syaikh Abdullah Azzam, sosok pemersatu Afghanistan setelah futuhnya Kabul pada 1989, dan setelah itu Afghanistan terus bergejolak tidak berhenti.
Awalnya saya skeptis terhadap kemunculan Thaliban bahkan media Mujahidin menganggap bahwa Thaliban adalah boneka ciptaan Pakistan dan bahkan Amerika, tetapi dalam beberapa tahun pengaruh Thaliban semakin kuat, mereka berhasil menggulung kekuatan besar seperti Rabbani, Sayyaf dan bahkan Hikmatyar, tahun 1996 mereka sudah menguasai hampir 60 persen Afghanistan.
Bahkan bergabung ke Thaliban faksi Mujahidin Afghanistan yaitu Jalaluddin Haqqoni, lalu Yunus Kholis dll, kekuatan baru ini mendapat dukungan dari masyarakat Afghanistan yang sudah muak dengan peperangan, faksi-faksi kecil banyak bergabung dengan Thaliban, ya Thaliban bisa memberikan rasa aman, bahkan pemerintah Pakistan mempercayakan keamanan kepada kelompok santri ini, Thaliban telah menjadi intensitas kekuatan yang kuat dan baru.
Mereka mengalahkan semua kekuatan di Afghanistan, bahkan berhasil memukul mundur Ahmad Syah Mas'ud hingga ke basis asalnya yaitu lembah Pansyir, Utara Afghanistan dekat Uzbekistan, bahkan kekuatan Thaliban tersebut mengancam beberapa kamp Mujahidin asing, termasuk kamp militer milik jamaah Islamiyyah, sejak saat itu hampir kamp militer Mujahidin Arab tutup akibat serbuan Thaliban, hingga di tahun 1997-1998 Syaikh Usamah dengan AL-QAEDA berbaiat kepada Thaliban dan meminta wilayah dekat Jalalabad yaitu Torabora sebagai basis amannya (Qoidah Aminah).... Bersambung
(By Sofyan Tsauri Ayyash)