TEROR ISLAMOPHOBIA DI KANADA, TERIMA KASIH MR TRUDEAU
10 hari berlalu sudah pasca terbunuhnya satu keluarga Muslim di Ontario, Kanada, oleh serangan kebencian pengidap Islamophobia pada 6 Juni 2021. Dunia sepi-sepi saja. Tak gempar tak heboh, tanpa banyak atmosfer duka cita.
Tersebutlah pada Minggu 6 Juni 2021 di London, Ontario, Kanada, Nathaniel Veltman mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, menabrakkannya pada keluarga Muslim di trotoar. 4 tewas seketika, 1 bayi luka berat.
Pelaku pembunuhan berusia 20 tahun itu ditangkap. “Ada bukti kuat, dia sudah merencanakan hal ini dan dimotivasi oleh kebencian, Islamophobia," kata Paul Waight, detektif dari Kepolisian kota setempat.
Geger? Pers dunia tentu saja memberitakan peristiwa teror itu. Juga pers Indonesia. Tetapi datar-datar saja, tak menggebu-gebu, tanpa kegemparan. Sudah itu tanpa ada berita apa-apa lagi terkait teror pembunuhan yang menimpa keluarga Muslim.
Publik dunia juga adem ayem. Netizen tak heboh dengan aneka ekspresi simpati berduka. Tak ada save ini itu, pray ini itu, yang biasanya ramai riuh menjadi tagar medsos.
Apakah lantaran yang menjadi korban terorisme di Kanada itu keluarga Muslim? Dan pelakunya non Islam? Lantas tanpa kegemparan...
Bahkan para pemimpin dunia Islam, termasuk dari negara-negara Arab, nyaris membisu terhadap peristiwa itu. Hanya seorang Erdogan dari Turki yang bersuara lantang mengutuk dan mengecam.
Situasinya sangat berbeda dengan peristiwa teror di Nice, Prancis, Oktober tahun lalu. Saat itu seorang pemuda Muslim membunuh seorang guru. Pemicunya, sang guru di kelas memprovokasi siswa Muslim dengan menampilkan karikatur yang menghina Nabi Muhammad.
Dunia seketika geger. Pers berhari-hari memberitakan. Dunia berduka, suara kutukan menggema dari mana-mana. Termasuk dari para pemimpin negara Timur Tengah.
Tentu saja peristiwa teror di Perancis itu layak dikutuk dan dikecam. Patut membuat dunia berduka. Wajar membuat publik di muka bumi riuh mengekspresikan duka cita bercampur kemarahan. Hanya saja, kenapa peristiwa teror serupa di Kanada, yang bahkan korbannya lebih banyak, tak membuat dunia berkabung? Tampak nyata ketidakadilan dunia.
Syukurlah, PM Kanada Justin Trudeau bersikap keras dan tegas terhadap terorisme yang menimpa keluarga Muslim di negerinya. Trudeau tak hanya mengutuk dan mengecam. Ia juga bersumpah akan memerangi Islamophobia di Kanada.
"Kami akan terus menggunakan setiap alat yang kami miliki untuk memerangi Islamophobia. Kami akan berada di sini untuk mereka yang berduka,” cuit Trudeau di akun Twitter-nya setelah aksi teror itu.
Bagi Trudeau, Islamophobia adalah kebencian yang berbahaya. Perbuatan tercela, hina, memicu permusuhan, karena itu harus dihentikan.
"Kepada komunitas Muslim di London dan Muslim di seluruh negeri, ketahuilah bahwa kami mendukung Anda. Islamophobia tidak memiliki tempat di komunitas kami," ucap dia.
Alhamdulillah rakyat Kanada satu suara dengan perdana menterinya. Pada Sabtu, 12 Juni lalu, masyarakat Kanada berpawai duka sepanjang 7 km di London, Ontario. Mereka bersimpati pada keluarga Muslim korban teror. Mereka mengutuk kaum Islamophobia.
"Tidak ada tempat untuk kebencian di sini”. Demikian bunyi aneka poster yang diacung-acungkan. Mereka pawai berjalan kaki mulai dari tempat terbunuhnya keluarga Muslim hingga masjid kota London.
Di negeri asing tempat Muslim menjadi minoritas, justru Islamophobia dilawan dan ditentang. Sungguh aneh kalau di negeri mayoritas Muslim, Islamophobia malah dipelihara untuk menindas dan mengadu domba umat.
Sebagai Muslim, saya terkesan pada sikap Perdana Menteri Kanada dan rakyatnya. Saya terhibur dengan simpati tulus dari sang Perdana Menteri dan rakyatnya.
Terima kasih Mr Trudeau.
Terima kasih rakyat Kanada.
Salam
(Banda Bening)