[PORTAL-ISLAM.ID] Universitas Pertahanan RI (Unhan) bakal memberi gelar profesor kehormatan berstatus Guru Besar Tidak Tetap untuk Megawati Soekarnoputri alias Mega. Pemberian gelar untuk Presiden Ke-5 RI itu sedianya bakal dilakukan pada 11 Juni mendatang.
Akan tetapi, jelang penghargaan digelar, beredar di media sosial bagaimana paper yang ditulis Megawati mengulas kepemimpinannya sendiri pada periode 2001-2004. Di mana, dia nampak memuji diri sendiri.
Adapun judulnya adalah “Kepemimpinan Presiden Megawati pada era krisis multidimensi 2001-2004”.
Terkait hal ini Pengamat Politik Rocky Gerung mengomentarinya. Rocky menyayangkan kenapa Mega harus menerangkan dan menulis tentang dirinya sendiri, sebab seolah menabrak tradisi akademis.
“Kenapa Bu Mega ucapkan tentang dirinya sendiri, tentang hal yang menyangkut dirinya sendiri, yang baik-baik saja tuh. Padahal, nanti kalau ada orang yang mempersoalkan kegagalan Bu Mega, misalkan BLBI, jual aset-aset negara, kan bisa jadi perbandingan tuh,” kata Rocky di saluran Youtube-nya, dikutip Rabu 9 Juni 2021.
Pada kesempatan itu, Rocky lantas menyebut agak an“Itu yang lucunya tuh, kan itu bisa diceritakan kepada orang, lalu dibukukan. Sama seperti ayahnya tuh, saya ingat Bung Karno, salah satu otobiografi yang paling kontroversi yang ditulis oleh Cindy Adams. Kan ditulis oleh Cindy. Maka orang anggap Bung Karno bercerita tuh,” kata dia lagi.
Mega ngebet jadi profesor
Rocky lantas mengkritik apakah nantinya paper Mega untuk menjadi profesor bakal diperdebatkan oleh kalangan akademisi. Sebab dia yakin ini sulit untuk dilakukan.
Bisa-bisa, kata dia, jika ada yang mempersoalkan, PDIP justru marah dan malah mengerahkan buzzer-buzzer untuk membully siapa saja yang mendebat.
Padahal, ini adalah ranah akademis yang siapa saja bisa memproblematisasi paper Mega. “Yang boleh marah bukan PDIP, tapi forum akademis.”
Jika melihat rekam jejak, bukan kali ini saja para pejabat mendapat gelar, karena sang anak Puan Maharani juga pernah mendapatkan gelar Honoris Causa. Lantas, saat ditanya untuk apa gelar dan banyaknya gelar yang didapat, Rocky tertawa.
Sebab dengan pernah menjadi presiden, dan memimpin partai besar di Indonesia, gelar itu dianggap tak diperlukan. Karena Mega disebut sudah lebih dari sekadar profesor.eh jika Mega mengucapkan otobiografinya sendiri. Padahal biasanya, otobiografi selalu dituliskan oleh orang lain, atau dengan cara dia menulis buku. Bukan malah merefleksikannya pada sebuah karya ilmiah.
Dia menduga, karena Mega memang ngebet untuk mendapat gelar profesor. “Cuma buat nambah gelar di depan tanpa ada konsep di depan. Padahal sebut saja saya Megawati, justru ada kesederhanaan yang memperlihatkan kualitasnya. Kalau banyak jabatan, ini dia mau ngajar atau kampanye di publik?”
Sebenarnya orang diberi gelar banyak, kata Rocky, supaya mereka bisa mengajar. Bukan menambah gelar untuk sekadar gagah-gagahan. Maka itu, ada istilah S1-S2-S3, agar ada proses transfer ilmu kepada masyarakat.
Jika ilmu tinggi namun tidak memberikan manfaat bagi masyarakat, Rocky pun menyayangkannya. “Orang diberi gelar supaya orang itu bisa ngajar. Kini sifatnya justru tidak peduli, yang penting dia punya ijazahnya itu. Orang punya ijazah tapi enggak bisa berpikir. Doktor profesor tapi dangkal pikirannya,” katanya.[hops]