Membaca Hubungan Turki dan Rusia di Suriah
Oleh: Pizaro (Jurnalis Anadolu)
Salah satu pertanyaan penting dari dosen saat saya menyusun tesis Negosiasi Konflik Turki-Rusia adalah, paradigma HI (Hubungan Internasioal) apakah yang akan digunakan untuk melihat realitas dua negara di Suriah. Apakah Neorealisme atau Struktrualis.
Dalam diskusi itu, saya lebih memilih Neorealisme. Saya menilai Sochi Agreement hingga Astana Process menyiratkan bagaimana konsolidasi bipolar Turki-Rusia lebih memainkan peranan untuk menggeser platform Jenewa yang tidak begitu mengakar dalam realitas di Suriah.
Tapi problemnya, aliansi Turki-Rusia di Suriah tidak sepenuhnya menggambarkan realitas sebenarnya dalam hubungan antara Ankara dan Moskow.
Alih-alih sebagai sebuah realitas geopolitik, hubungan Turki-Rusia sebenarnya lebih dibentuk oleh realitas domestik (Pembeliaan S-400, Turksteam Project, dll). Nantinya kepentingan foreign policy (kebijakan Luar Negeri) Turki-Rusia akan saling bertentangan di isu-isu lainnya seperti Nagorno Karabakh, penolakan terhadap aneksasi Crimea, dan dinamika politik di Libya.
Inipula yang menjadi hambatan implementasi zona de-eskalasi di Idlib karena adanya ketidakpastian hubungan aliansi jangka panjang antara Rusia dan Turki.
Faktor-faktor lainnya yang menghambat adalah zona de-eskalasi di Idlib tidak mengatur mekanisme sanksi-sanksi pihak-pihak yang melanggar. Selain itu, tidak ada aturan zona larangan terbang yang akhirnya dimanfaatkan aliansi Assad-Rusia untuk terus menyerang wilayah Idlib.
Namun sejauh ini, Assad dan Rusia tidak pernah benar-benar bisa menaklukan Idlib sebagaimana mereka lakukan di tiga zona lainnya.
Setidaknya ada beberapa faktor untuk hal ini. Antara lain, kehadiran militer Turki di Idlib karena eskalasi apapun di wilayah itu akan sangat berdampak kepada Turki (dan juga Eropa), perlawanan kelompok HTS yang memiliki militansi lebih tinggi dibanding aktor perlawanan di zona lain, dan usaha apapun yang berupaya melenyapkan Idlib akan menjadi ongkos mahal bagi Moskow dan Damaskus.
____
*Ringkasan tesis berjudul "Negosiasi Konflik Turki-Rusia dalam Menyelesaikan Krisis Suriah: Studi Kasus Zona De-Eskalasi di Idlib (2018-2019) di Paramadina Graduate School of Diplomacy.
**HTS = Hayat Tahrir al-Sham (HTS) merupakan kelompok jihadis terkuat yang dihadapi oleh Suriah dan Rusia yang kini menguasai provinsi Idlib.
[fb]