[PORTAL-ISLAM.ID] TEL AVIV - Partai koalisi oposisi Israel pada Rabu (2/6/2021) malam mengumumkan bahwa mereka sepakat untuk membentuk pemerintahan baru, yang akan melengserkan perdana menteri terlama Israel, Benjamin Netanyahu, yang telah berkuasa selama 12 tahun.
Kesepakatan partai koalisi oposisi ini terjadi 35 menit sebelum batas akhir Rabu tengah malam. Tokoh utama oposisi Yair Lapid (Ketua Partai Yesh Atid/Partai Masa Depan) memberitahu kesepakatan ini kepada Presiden Israel Reuven Rivlin melalui email: "Saya merasa terhormat untuk memberi tahu Anda bahwa saya telah berhasil membentuk pemerintahan."
Presiden Rivlin lalu memberi selamat kepada Lapid melalui telepon, menurut kantornya, dilaporkan Reuters, 3 Juni 2021.
Pemerintahan koalisi oposisi ini terdiri dari partai-partai kecil dan menengah dari seluruh spektrum politik, termasuk untuk pertama kalinya dalam sejarah Israel sebuah partai yang mewakili 21% populasi minoritas Arab Israel, yang dikenal dengan Partai Daftar Arab Bersatu (United Arab List), ikut dalam koalisi ini.
Bahkan, Partai Daftar Arab Bersatu yang memiliki 4 kursi di parlemen Israel ini menjadi penentu (kingmaker) bagi terbentuknya pemerintahan koalisi oposisi. Tanpa ikut serta Partai Daftar Arab Bersatu, maka koalisi oposisi tidak akan dapat membentuk pemerintahan karena jumlah kursi kurang.
Partai Daftar Arab Bersatu dipimpin oleh Mansour Abbas.
Kurang dari satu jam sebelum batas waktu tengah malam yang diberikan Presiden Israel kepada tokoh utama oposisi Yair Lapid, untuk mengamankan suara yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan baru, Lapid mengumumkan bahwa kesepakatan telah dicapai dengan Abbas.
"Kami memutuskan menjadi (partai) terakhir yang menandatangani (perjanjian koalisi). Ketika kami melihat koalisi ini bisa membentuk pemerintahan, kami menandatangani," ungkap Abbas.
Pada Rabu malam, Partai Daftar Arab Bersatu mengumumkan daftar 11 tuntutan dari warga Arab di Israel, yang merupakan 20% dari populasi negara 9 juta populasi itu. Partai tersebut menggambarkan kesepakatan seperti itu sebagai "bersejarah."
Mansour Abbas
Mansour Abbas lahir pada 22 April 1974 di desa Maghar di Israel utara. Dia kuliah di Universitas Ibrani di Yerusalem di Fakultas Kedokteran Gigi dan memimpin serikat mahasiswa Arab di universitas tersebut dari 1997-1998.
Pada 2007, dia terpilih sebagai sekretaris jenderal gerakan Islam di Israel selatan, dan pada 2010 dia terpilih sebagai wakil kepala gerakan tersebut.
Dia bergabung dengan Knesset (parlemen Israel) empat kali, dan pada 2019, dia bergabung Knesset dengan partai yang dibentuk dan dipimpinnya Partai Daftar Arab Bersatu.
Dalam pemilu Maret 2021, partai Mansour memperoleh empat kursi di Knesset.
Abbas, 47, adalah seorang dokter gigi yang menjadi salah satu pemimpin gerakan Islam di Israel, yang terpecah menjadi dua blok pada 1996 akibat keputusan almarhum pendiri dan pemimpinnya Sheikh Nimr Darwish untuk berpartisipasi dalam pemilu Israel dan kemudian dikenal sebagai Gerakan Islam di Israel selatan.
Cabang utara Gerakan Islam, yang dipimpin pemimpin terkemuka Sheikh Raed Salah, menolak berpartisipasi dalam pemilu Israel dan dilarang otoritas Israel pada 2015.
Secara historis, partai-partai Arab di Israel tidak pernah mau bergabung dalam koalisi pemerintah Israel mana pun karena tidak mengakui hak-hak rakyat Palestina dan masih mempertahankan pendudukannya atas wilayah Palestina.
Tetapi partai Abbas telah melanggar tradisi ini dan bernegosiasi dengan partai-partai besar Israel untuk bergabung dalam upaya mereka membentuk pemerintahan baru, sebagai imbalan atas penyelesaian banyak masalah yang dialami orang-orang Arab yang tinggal di Israel.
"Garis merah kami adalah hak kami, baik hak nasional maupun hak sipil," ungkap Abbas dalam wawancaranya dengan Anadolu Agency setelah pemilu Israel pada Maret.
Dia menegaskan, "Kami tidak bernegosiasi atau berkompromi tentang hak-hak ini. Kami mungkin tidak dapat mencapai semuanya, tetapi kami tidak akan meninggalkannya."
Abbas, bagaimanapun, menghadapi kritik dari partai-partai Arab lainnya di Israel, yang menuduhnya berenang melawan arus.
Tapi Abbas mengatakan dia menunjukkan pragmatisme dan menegaskan partainya adalah kekuatan politik yang menganut identitasnya dan prinsip-prinsip nasional dan agamanya.
Pada Rabu malam, koalisi penentang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencapai kesepakatan untuk membentuk pemerintahan koalisi, membuka jalan bagi hengkangnya Netanyahu setelah 12 tahun berkuasa.
Sebanyak delapan partai, termasuk Partai Daftar Arab Bersatu, akan menjadi bagian dari pemerintahan koalisi yang dipimpin pemimpin ketua partai sayap kanan Naftali Bennett sebagai perdana menteri untuk dua tahun pertama, yang kemudian akan digantikan Yair Lapid untuk dua tahun berikutnya.
Belum jelas apakah pemerintahan baru Israel mendatang akan lebih mendukung hak-hak rakyat Palestina atau tidak. Yang pasti, target penggulingan Netanyahu sudah ada dalam genggaman.
(Sumber: MEMO)