Kekalahan Seljuk dan Jatuhnya Nicaea
Kesultanan Seljuk Rum (Kesultanan Seljuk Romawi) merupakan sebuah negara Muslim Sunni, dengan tradisi Persia-Turki abad pertengahan, di Anatolia. Keberadaannya dimulai dari tahun 1077 sampai 1307, dengan ibu kota pertamanya di İznik (Nicaea) dan kemudian di Konya (Ikonium). Bagaimanapun istana kesultanan ini mobilitasnya tinggi, kota-kota seperti Kayseri dan Sivas untuk sementara waktu juga berfungsi sebagai ibu kota. Kesultanan ini mencapai puncaknya saat wilayahnya terbentang di Anatolia tengah, dari garis pantai Antalya dan Alanya di pesisir Laut Tengah sampai wilayah Sinop di Laut Hitam. Di bagian timur, kesultanan ini mengabsorb negara-negara Turki lainnya sampai ke Danau Van. Batasnya di bagian barat berada di dekat Denizli dan pintu-pintu masuk cekungan Aegea.
Pada 1077, Sulaiman Shah bin Qutalmish menaklukkan kota Nicaea, Byzantium dan mendirikan negara Seljuk Agung. Negara ini kemudian dikenal dengan nama "Kesultanan Seljuk Romawi" atau "Kesultanan Seljuk Anatolia".
Setelah wafatnya Sulaiman Shah, anaknya Kilij Arslan I naik tahta. Namun dia segera menghadapi ancaman berbahaya pasukan Salib dari barat. Dia kemudian menjadi panglima Muslim pertama yang berperang melawan pasukan Salib.
Pada 1095 ketika Paus Urbanus II memobilisasi Perang Salib Pertama, gelombang pertama di bawah pimpinan Peter Hermit dan Walter segera berangkat ke tanah suci Palestina.
Mereka terdiri dari para petani dan gerombolan rakyat jelata dari seantero Eropa yang militan, namun tidak memiliki disiplin sehingga dengan mudah dihancurkan Sultan Kilic Arslan I dalam Pertempuran Civetot pada 21 Oktober 1096.
Ketika mendengar pasukan Salib lain datang, dan karena keberhasilan sebelumnya Kikic Arslan menganggap gelombang kedua pasukan Salib ini bukanlah ancaman. Namun yang tidak diketahuinya, mereka adalah pasukan profesional sebenarnya yang dimobilisasi dari seluruh Eropa.
Sultan sebaliknya memutuskan menghadapi musuhnya dari Timur. Pada saat bersamaan, pasukan Salib resmi pertama telah menyeberangi Bosphorus menuju Anatolia. Mereka tiba di pinggiran Nicaea pada 6 Mei dan mulai mengepung kota pada 14 Mei.
Ketika Sultan mendengar kabar tentang pengepungan kota, dia bergegas kembali ke ibukota, namun pasukannya berhasil dipukul mundur pasukan Salib. Tanpa kepemimpinannya, kota Nicaea menyerah pada 20 Juni dan Byzantium tanpa sepengetahuan pasukan Salib menguasai kota.
Ketika pasukan Salib meninggalkan kota Nicaea pada 29 Juni, Sultan berencana menyerang mereka. Kedua pasukan saling berhadapan dalam Pertempuran Dorylaeum pada 1 Juli.
Pasukan Kilij Arslan tidak sanggup menghadapi pasukan Salib yang unggul secara jumlah dan pada akhirnya kalah.
Kekalahan Kilic Arslan menandai awal kejatuhan kota-kota strategis lainnya di sepanjang pesisir timur Mediterania, seperti Edessa, Antioch dan puncaknya Yerusalem pada 1099.
Untuk mengamankan jalur ke tanah suci, pasukan Salib mendirikan 4 kerajaan Kristen: Edessa, Antioch, Tripoli dan Yerusalem.
(Ahmad Dzakirin)