[PORTAL-ISLAM.ID] TEHERAN - Pemimpin Tertinggi Iran Ali Hosseini Khamenei telah menerima dosis vaksin COVID-19 pertama buatan lokal negara itu.
Khamenei pada hari Jumat (25/6/2021) menyebut pengembangan vaksin lokal buatan Iran sebagai titik "kebanggaan nasional".
Khamenei mengatakan dia tidak mau disuntik vaksin COVID-19 buatan luar negeri.
“Beberapa pihak bersikeras beberapa waktu lalu agar saya menggunakan vaksin,” kata Khamenei.
“Saya tidak ingin menggunakan vaksin non-Iran. Saya bilang kita tunggu sampai vaksin lokal berhasil, insya Allah, vaksin lokal itu diproduksi dan kita bisa menggunakan vaksin kita sendiri,” ujar pria berusia 82 tahun itu setelah menerima dosis pertama suntikan vaksin lokal yang disebut COVIran Barekat.
Khamenei pada bulan Januari melarang penggunaan vaksin buatan Amerika Serikat dan Inggris, terutama yang dikembangkan oleh Pfizer dan Moderna, karena dia mengatakan mereka "tidak dapat dipercaya".
Uji coba vaksin COVIran Barekat pada manusia dimulai pada akhir Desember 2020 dan sekitar 24.000 sukarelawan menerima suntikan sebagai bagian dari uji coba fase ketiga yang baru-baru ini telah selesai.
Vaksin lokal ini telah mendapat otorisasi penggunaan darurat awal bulan Juni ini dan diharapkan akan diluncurkan dalam skala besar dalam beberapa minggu mendatang.
Setad, organisasi kuat di bawah pemimpin tertinggi yang bertanggung jawab mengembangkan vaksin, mengatakan saat ini memproduksi tiga juta dosis per bulan dan akan segera meningkatkan produksi menjadi 11 juta dosis per bulan untuk menjadi produsen vaksin terbesar di Timur Tengah.
Sementara data ilmiah rinci vaksin belum dipublikasikan ke publik, pengembang mengklaim vaksin lokal ini memiliki efektifitas mencapai 93,5 persen untuk penggunaan usia 18 hingga 75 tahun berdasar hasil uji coba tahap dua.
Mereka juga mengklaim 12 negara dari Asia, Amerika Selatan dan Eropa ingin membeli vaksin Iran, tanpa menyebutkan nama negara.
Yang melahirkan vaksin Barekat adalah seorang ilmuwan wanita Iran. Usia: 74 tahun. Nama: Prof Dr Minoo Mohraz. Ia peneliti senior HIV/AIDS dan penyakit infeksi dari Teheran University –almamaternyi sendiri. Ia profesor emeritus.
(Sumber: Aljazeera)