Dua Pahlawan Pembebas Masjid Al-Aqsha
Oleh: Mustofa Kamal
Masjid Al-Aqsha adalah masjid tertua kedua yang dibangun di atas bumi setelah Masjidil Haram. Hanafi al-Mahlawi, dalam bukunya, Al-Amakin al-Masyhuriyah fi Hayati Muhammad Shalalahu Alaihi Wasallam (Harum Semerbak, Tempat-tempat Bersejarah yang dikunjungi Rasulullah Shalalahu Alaihi Wasallam) menyatakan, jauh sebelum Nabi Sulaiman Alaihissalam membangun Haikal, Nabi Ya’kub Alaihissalam (nenek moyang Nabi Sulaiman Alaihissalam) telah membangun sebuah masjid di Palestina, yaitu Masjid Al-Aqsha.
Hal yang sama juga dikemukakan Sami bin Abdullah al-Maghluts dalam Atlas Sejarah Nabi dan Rasul. Ia menyatakan, Masjid Al-Aqsha pertama kali dibangun Nabi Ya’kub Alaihissalam dan direnovasi oleh Nabi Dawud Alaihissalam, kemudian disempurnakan Nabi Sulaiman Alaihissalam. Namun dalam hikayat sejarah Pondasi Masjid Al-Aqsha sudah ada dari semenjak Nabi Adam Alaihissalam.
Ada juga hikayat menyebutkan Masjid Al-Aqsha pertama kali dibangun oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam beserta anaknya, Nabi Ishak Alaihissalam.
Masjid Al-Aqsha adalah masjid kedua yang dibangun di atas dunia ini setelah Masjid Al-Haram (Makkah). Sebagaimana dinyatakan dalam Hadist shahih:
Dari Abu Dzar Radhiyallahu'anhu berkata, Aku bertanya, “Wahai Rasulullah masjid manakah yang paling pertama dibina di atas bumi?” Rasulullah bersabda “Masjidil Haram. Aku bertanya lagi “Lalu masjid apalagi?”, Rasulullah bersabda “Masjidil Aqsha, lalu Aku bertanya lagi “Berapa jarak pembangunan keduanya?”, Rasulullah bersabda, “Empat puluh tahun. Kemudian di manapun kamu shalat, kemuliaan ada padanya.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
Dalam beberapa keterangan, Masjid Al-Aqsha pertama kali dibangun pada sekitar 2.500 tahun sebelum masehi (SM), namun dalam perjalanannya Masjid ini mengalami pembaharuan-pembaharuan.
Masjidil Aqsha juga merupakan kiblat pertama umat Islam sebelum kiblat diarahkan menghadap Ka’bah. Berdasarkan hadits, lama waktu Al-Aqsha menjadi kiblat muslimin adalah 16 atau 17 bulan lamanya.
Dari Albarra Radhiyallahu-anhu berkata, bahwa Nabi Muhammad tatkala pertama kali tiba di Madinah, singgah pada nenek moyangnya atau bapak saudaranya dari Anshor dan Rasulullah shalat menghadap ke Baitul Maqdis selama 16 bulan atau 17 bulan. Baitul Maqdis dijadikan kiblat sebelum menghadap ke Ka’bah membuat Rasulullah takjub.
Shalat pertama menghadap Ka'bah yang dilakukan Rasulullah adalah shalat Ashar bersama kaumnya. Salah seorang yang shalat bersama Rasulullah keluar dan ketika jamaah sedang rukuk, kemudian dia berkata, “Aku bersaksi dengan nama Allah, aku shalat bersama Rasulullah menghadap ke Mekah, maka orang-orang kemudian memutar arah menghadap ke Ka’bah”. Dalam riwayat lain dikatakan, Aku mendengar Al-Barra berkata aku shalat menghadap ke Baitul Maqdis 16 atau 17 bulan lamanya, kemudian merubah arah ke Ka’bah. (Mutaffaq Alaih).
Sampai saat ini, Masjid Al-Aqsha tidak henti-hentinya dinodai kaum zionis yang ingin mendirikan Kuil Solomon di atas reruntuhannya.
Namun begitu Al-Aqsha terusik, Allah hadirkan pahlawan-pahlawan pembebas sebagaimana terukir dalam sejarah.
Khalifah Umar bin Khattab
Khalifah Umar bin Khattab mengambil alih Yerusalem (Al-Quds) dan membebaskan Masjidil Aqsha dari tangan Romawi Timur pada masa kepemimpinannya sebagai Amirul Mukminin pada 637 M. diawali dengan perang Yarmuk yang terjadi pada akhir tahun ke-13 Hijriyah, pada masa peralihan Khalifah Abu Bakar kepada Umar Bin Khattab Radhiyallahu ‘anhuma.
Perang Yarmuk adalah perang terbesar pasukan muslim melawan Kerajaan Romawi Timur (Byzantium). Pasukan muslimin dapat dengan mudah menaklukkan seluruh kota-kota di negeri Syam. Amru bin Ash di bawah komando Abu Ubaidah Al-Jarrah Radhiyallahu ‘anhuma berhasil memblokade Al-Quds pada 17 Hijriyah. Kemudian Umar datang ke Palestina untuk bertemu langsung dengan pembesar Romawi, Sophronius.
Pada saat itu Khalifah Umar bin Khattab menandatangani perjanjian dengan Sophronius, di mana sang Khalifah memberi jaminan, penduduk Kristen dan tempat suci di Yerusalem akan dilindungi di bawah kekhilafahannya.
Umar bin Khattab berhasil membebaskan Masjid Al-Aqsha dan memberikan kedamaian bagi seluruh penduduk Baitul Maqdis sebagaimana misi Islam yang Rahmatan Lil A’lamin.
Shalahuddin Al-Ayyubi
Pahlawan kedua yang berperan besar dalam penaklukan Baitul Maqdis ialah Shalahuddin Al-Ayyubi. Shalahuddin yang berasal dari suku Kurdi, Irak, meniti puncak karirnya sebagai panglima besar yang merebut kembali tanah suci Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha) dari cengkraman pasukan salib. Perjuangan Salahudin Al-Ayubi, melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, Imaduddin Zanki dan Nuruddin Mahmud bin Zanki.
Shalahuddin bersama 60 ribu lebih pasukannya mengepung Yerusalem. Dan berhasil menaklukkan Yerusalem setelah 88 tahun dalam cengkraman Kristen Eropa pada hari Jumat 27 Rajab 583 H atau 2 Oktober 1187 M bertepatan dengan hari Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu A’laihi Wasallam.
Shalahuddin menjunjung tinggi spirit Islam yang damai. Walaupun muslimin laki-laki dan perempuan, tua, muda dan anak-anak tadinya dibantai oleh tentara salib, namun Shalahuddin tidak membantai warga Kristen, padahal sedang berkuasa saat itu, justru sebaliknya melindungi umat Kristiani dengan keadilan.
Siapa Pahlawan Ketiga yang akan bebaskan Al-Aqsha?
Kini Al-Aqsha kembali lagi terusik. Pada Ramadhan 1442 H lalu tentara zionis Israel dengan sewenang-wenang menembaki jamaah iktikaf di Masjid Al-Aqsha. Para Murobithun tidak tinggal diam. Mereka melawan dengan kemampuan terbatas, sehingga sebagain mereka harus ditangkapi dengan cara brutal kemudian dipenjara dengan masa tahanan yang tidak masuk akal.
Sementara kelompok perlawanan di Gaza merespon kezaliman tentara pendudukan dengan melontarkan roket-roket sebagai upaya membela diri atas kesewenang-wenangan zionis menodai kiblat pertama umat Islam tersebut. Namun zionis menurunkan F16 dan drone canggih juga tank merkavanya untuk membombardir Gaza yang sudah sejak 2007 diblokade oleh zionis. Tercatat 254 korban jiwa, termasuk 39 perempuan dan 66 anak-anak.
Di fihak zionis Israel, ada belasan tewas bahkan mungkin lebih namun tidak diberitakan sebagai propaganda Benyamin Netanyahu yang diakui atau tidak, mengalami kekalahan pada perang 11 hari tersebut.
Kepemimpinan berganti, pada 13 Juni 2021, Naftali Bennett terpilih sebagai Perdana Menteri negara pendudukan Israel menggantikan Netanyahu dengan selisih suara sangat tipis di Parlemen Israel atau Knesset, 60 berbanding 59.
Bennett adalah ultranasionalis sayap kanan yang dengan gigih menentang status negara Palestina dan mendukung keras upaya mendirikan pemukiman illegal yahudi di tanah Palestina. Bennett juga pernah menyatakan tidak ada masalah baginya karena sudah membunuh banyak orang Arab selama hidupnya.
Belum saatnya kah terlahir generasi baru sehebat Umar Bin Khattab dan Sholahuddin Al-Ayyubi yang akan membebaskan kiblat pertama umat Islam ini dari cengkraman Zionis Yahudi yang dari hari ke-hari semakin merajalela?
Janji Allah itu pasti, pasti akan Allah datangkan panglima pembebas Masjid Al-Aqsha itu di tengah-tengah kita. Namun pertanyaannya adalah, apakah saatnya nanti tiba, kita yang lemah ini berada satu shaff dengan pejuang-pejuang pembebas Masjid Al-Aqsha tersebut. Mudah-mudahan kita diberi kemenangan dalam waktu dekat, dan kita termasuk dari bagian kemenangan tersebut. Aamiin. (MINA)