[PORTAL-ISLAM.ID] Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta agar tak ada pihak mana pun yang memerintahkan atau memaksa seseorang untuk memilih antara Pancasila atau Al-Quran. Ma'ruf menyebut Pancasila dan agama tak boleh dipertentangkan satu sama lain.
Hal itu disampaikan Ma'ruf saat menghadiri peluncuran buku karyanya berjudul 'Darul Misaq: Indonesia Negara Kesepakatan' yang digelar di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Senin (7/6/2021). Acara tersebut juga merupakan rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-57 UNJ.
"Kita tidak boleh mempertentangkan Pancasila dan agama, atau perintah memilih Pancasila atau Al-Quran," ujar Ma'ruf.
Pada dasarnya, menurut Ma'ruf, hubungan antara Islam dan negara sudah selesai diperdebatkan oleh para pendiri bangsa (founding fathers). Mereka telah menerima konsep ideologi Pancasila yang digunakan Indonesia.
Selain itu, kelima sila yang terkandung di dalam Pancasila sudah cukup menggambarkan bagaimana Indonesia mencintai dan menghormati segala bentuk ajaran agama.
"Pancasila sebagai dasar negara, yang telah disepakati oleh Bapak Bangsa tersebut, tidak bertentangan dengan Islam, karena kelima sila dalam Pancasila itu sesuai dengan ajaran agama. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, bahkan secara eksplisit menunjukkan, bahwa negara Indonesia adalah negara yang beragama dan menghormati keberadaan agama," ucap Ma'ruf, seperti dilansir kumparan.
Tes Wawasan Kebangsaan
Sebelumnya, dalam tes wawasan kebangsaan (TWK) untuk alih status pegawai KPK menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) banyak pertanyaan yang janggal.
Salah seorang pegawai KPK yang tak lolos TWS, Tri Artining Putri menyebut sejumlah pertanyaan janggal untuk memilih Al-Quran atau Pancasila.
“Ada juga yang ditanya terkait dengan pilih mana Al-quran atau Pancasila. Seolah-olah Al-quran dan Pancasila tidak bisa berjalan beriringan,” ujar Putri dalam diskusi daring bertajuk: “Mengurai Kontroversi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), Minggu (30/5/2021), seperti dilansir Tribunnews.
“Seolah-olah di Pancasila, tidak ada Ketuhanan Yang Maha Esa, maka seolah-olah Al-quran tidak bisa sejalan dengan Pancasila,” jelasnya.
Saat itu, temannya itu didesak harus memilih salah satu antara Al-quran atau Pancasila.
“Teman saya sudah menjawab, ‘saya sebagai umat Islam saya berpegang teguh kepada Al-quran, tapi kalau sebagai warga negara, saya ikut ideologi negara yaitu Pancasila.’ Enggak bisa harus pilih salah satu, akhirnya teman saya bilang ya sudah saya pilih Alquran,” ucapnya.
“Mungkin itu yang disebut menjadi radikal dan tidak lulus, saya juga nggak tahu,” katanya.[]