[PORTAL-ISLAM.ID] Thalhah bin Ubaidillah adalah sahabat nabi yang termasuk dalam salah satu dari sepuluh orang yang dijanjikan masuk surga sebagaimana yang disebutkan dalam salah satu riwayat.
Berlatar belakang sebagai pedagang sukses, membuat Thalhah memiliki banyak harta dan kekayaan yang besar. Meski demikian, seluruh kekayaannya digunakan untuk mengabdi kepada agama Islam bersama Rasulullah.
Ia tak segan menafkahkan harta bendanya tanpa batas. Bahkan Rasulullah memanggilnya dengan julukan Thalhah al-Khair karena kedermawannya.
Kendati memiliki kedudukan terhormat di kaumnya dan kekayaan yang melimpah, Thalhah tetap mendapat tekanan dari kaum Quraisy. Hingga akhirnya datanglah Perang Uhud, buah dari kekalahan Quraisy atas Perang Badar.
Serangan ganas dari pasukan musyrikin memorak-porandakan pasukan Muslim. Thalhah yang menyadari bahwa Rasulullah hendak menjadi sasaran musuh, langsung mendatangi dan mengadang pedang serta tombak yang membabi buta.
"Thalhah memapah Rasulullah dengan dua tangan dan dadanya, membawa beliau ke tempat yang aman. Sementara itu, tangan kanannya tetap menebaskan pedang dan menyerang kaum musyrikin yang mengepung Rasulullah," tulis Khalid Muhammad Khalid dalam Biografi 60 Sahabat Rasulullah SAW tentang Thalhah bin Ubaidillah, Kesatria dalam Perang Uhud.
Atas tindakannya melindungi Rasulullah, ia menderita luka parah yang luar biasa lantaran menggunakan dirinya sebagai pelindung Nabi dan mengalihkan panah yang akan menghunus Rasulullah dengan tangannya.
Abu Bakar ash-Shidiq menggambarkan Perang Uhud dan berkata, "Hari itu adalah hari milik Thalhah. Aku adalah orang pertama yang menghampiri Nabi. Beliau kemudian memerintahkan kepadaku dan Abu 'Ubaidah bin Jarrah: 'Lihatlah saudaramu itu!'
"Kami pun melihat Thalhah. Kami melihat pada tubuhnya ada 70 lebih luka tusukan, sabetan pedang, dan lemparan anak panah, sementara jari-jarinya terputus. Kami pun merawat Thalhah."
Atas izin Allah, sang kesatria saat Perang Uhud itu pun tetap hidup. Namun perang tak berhenti sampai di situ. Usai terbunuhnya khalifah Ustman, tercetuslah Perang Jamal yang melibatkan perseteruan antara pendukung Ustman dan Ali.
Thalhah merasa terpanggil dan bangkit untuk berperang di bawah bendera tauhid. Ia berpihak pada pasukan yang menuntut balas atas sepeninggalan Ustman.
Namun akhirnya Thalhah meninggal akibat terhunus panah pada perang tersebut. Setelah Perang Jamal berakhir, Ali kemudian menyalatkan dan menguburkan para syuhada termasuk Thalhah dan Zubair.
Ia pandangi makam Thalhah dan berkata, "Kedua telingaku ini pernah mendengar Rasulullah bersabda: 'Thalhah dan Zubair adalah tetanggaku di surga'"