*Bacalah dengan lapang. Mungkin kali ini bisa dipahami:
Si Asep ini, ikut test masuk polisi. Tepatnya seleksi masuk Akpol. Akademi Kepolisian. Wah, itu bukan seleksi kelas ecek2. Ribuan pemuda Indonesia berebut mau masuk Akpol, juga Akmil. Saya jamin, netizen yg baca tulisan ini, belum tentu lolos test tsb.
Si Asep dia lulus dengan lurus, jujur. Dia pintar, fisik oke, cinta tanah air oke, semua oke. Pantukhir oke. Hanya 200-an saja setiap tahun jatah muridnya. Si Asep belajar dgn semangat di Akpol. Dia akhirnya lulus, jadi polisi.
Terbetik kabar KPK merekrut pegawai. Si Asep yg idealis, tertarik. Maka dia ikutan. Lagi2, hanya polisi2 terbaik yg ikut test penyidik KPK. Dan lagi2, dia harus melewati test2 sulit tsb. Akademik. Integritas. Dll, dsbgnya. Dan karena dia memang bagus, dia lolos. Dia juga harus ikut pelatihan2.
Jadilah Si Asep penyidik KPK.
Bertahun2 kerja di sana, prestasinya mantap. Nama2 penting berhasil dia OTT, dijebloskan masuk penjara. Kasus2 rumit, kasus2 yg pelakunya malah melawan balik, berhasil dituntaskan, masuk penjara.
Hingga suatu hari, revisi UU KPK diluncurkan. Apa salah-satu poin dari revisi tsb? Pegawai KPK menjadi PNS.
Bego2nya, maka itu hanya formalitas saja. Seribu lebih pegawai KPK tinggal transfer, jadikan PNS. Selesai. Karena mereka telah khatam semua test. Tapi sayang seribu sayang, mereka harus diseleksi lagi.
Kalau kalian dalam posisi Si Asep, kalian pasti kesal. Marah. Kok diseleksi lagi. Tapi Asep dan ribuan pegawai lain nurut, baik, mereka ikut test. Mereka bisa kapan saja pergi dari KPK, bisa jadi apapun di luar sana, tapi kecintaan pada profesi, idealisme, perlawanan kepada korupsi, dll membuat mereka mau ikut test. Mengalah.
Apa yg terjadi kemudian? 75 dinyatakan tidak memenuhi syarat. Tapi lucunya, bukan gara2 test sisi akademik, sisi kompetensi, sisi integritas, melainkan oleh: test wawasan kebangsaan. Yang jelas sekali pertanyaan dalam test tersebut sangat mengganggu. Kamu mau lepas jilbab? Kamu setuju nikah beda agama? Kamu qunut atau tidak?
Sungguh, Si Asep itu telah selesai semua test. Dia gagal hanya gara2 sebuah test dengan pertanyaan2 ajaib. Mengada2. Mau itu psikologis, mau itu trik pertanyaan, seriusan, bertanya soal lepas jilbab itu adalah penghinaan. Yg nanya-lah yg tidak paham soal toleransi, kebangsaan. Silahkan muncul pembuat soal, dan yg nanya, tolong jelaskan apa sih alasan kamu nanya begitu? Ini kok menghilang semua.
75 pegawai KPK yg tidak lolos, 9 diantaranya adalah KASATGAS penyelidikan dan penyidikan. Mereka adalah penyidik2 hebat yg ada di KPK. Lantas mereka harus menerima fakta, mereka tidak memenuhi syarat lagi mengabdi kepada negara? Keluarga mereka harus menerima fakta tsb?
Ayolah, gunakan nurani kalian. Kita tidak perlu merasakan sakitnya dizalimi, baru bisa bersimpati, berempati kepada orang2 yg dizalimi. Si Asep ini sudah pernah melewati begitu banyak test. Bahkan pertanyaan sy sekarang: yg nge-test dia, sudah belum melewati test2 tersebut? Pejabat2 tinggi yg memutuskan nasib Si Asep ini, yg dulu membuat revisi UU KPK, mereka pernah tidak melewati 10% saja test mencintai tanah air yg pernah dilewati Si Asep saat masuk Akpol, masuk KPK, dan semua pelatihan, pekerjaan yg dia lakukan.
Jika kalian tetap tidak paham2 juga masalah ini, sy tidak tahu lagi bagaimana menyampaikannya. Karena sungguh yg membolak-balik hati itu bukan tugas manusia.
(By Tere Liye)